[4.] Nestapa

8.7K 136 38
                                    

Kurasakan perasaan jijik yang bukan main teramat sangat. Kontolku dimain-mainkan oleh sesama lelaki. Tapi tidak ada yang dapat kulakukan, tubuhku benar-benar tidak bertenaga sama sekali.

Malah semakin lama remasan kang Usep justru semakin membuatku geli nikmat hingga aku menggeliat-geliat gelinjangan. Aku menjerit dalam batin akan tetapi semakin lama rasa nikmat itu semakin tak terhindarkan. Kontolku semakin ngaceng, keras dan berdenyut-denyut.

Tidak ... seharusnya tidak seperti ini ... Rasa nikmat ini seharusnya tidak kurasakan ... aku bukan gay ... aku masih laki-laki normal.

"Aahh..." aku spontan mendesah pelan dan segera aku merasa malu bukan main.

"Uhh, enak ya mas, sampe desah gitu." ucap kang Usep.

Aku kembali menyadarkan diriku kalau sekarang posisiku yang akan segera diperkosa oleh lelaki maniak sesama jenis.

"Jangan ditahan-tahan mas ... kalau enak, desahin aja. Sesek kalau ditahan." ucap kang Usep dengan santainya.

"Akhhh ... tidaakkk..." aku berusaha menjerit tapi tetap saja suaraku lemah.

"Kaang ... lepaskan saya ... saya mohonn ..." aku mencoba mendorong tangan kang Usep tetapi tenagaku benar-benar tidak keluar sama sekali.

"Ssstt tenang aja mas, jangan dilawan, mending rileks aja, biar mas nya enak." kata kang Usep. Sambil tangan kekarnya tidak berhenti memainkan kontolku yang masih terbungkus celana.

Kata-kata kang Usep semakin membuatku jijik dan mentalku hancur sejatuh-jatuhnya. Mana mungkin aku nyaman kalau diperkosa seperti ini apalagi oleh sesama lelaki.

"Tidaaakk!!" aku ingin meronta dan melepaskan cengkraman kang Usep, tapi aku terlalu lemah. Malah aku semakin kelojotan keenakan dengan remasan kang Usep.

Tapi sepertinya memang percuma—walaupun aku melawan dalam kondisi normal sekalipun, sepertinya tenagaku tetap akan kalah dari lelaki kekar bertubuh hitam di hadapanku ini. Aku hanya seorang mahasiswa kurus yang berkutat dengan buku pelajaran, tidak mungkin melawan lelaki hitam berotot potongan kuli yang biasa bekerja keras.

Tiba-tiba dengan cepat tubuhku diterjang kenikmatan yang memuncak. Badanku terasa panas, jantungku memompa lebih cepat dan aku semakin menggelinjang geli-geli nikmat karena permainan tangan kang Usep di organ sensitifku.

"Kk—kaang ... lepaskan sa—yaaa!! ... akh! ... ah ... ah ... aaaaahh..." sesaat aku berusaha melawan kenikmatan terlarang yang sangat menjijikan itu, tapi akhirnya aku kalah dan malah mendesah-desah.

Kontolku berdenyut kencang dan bagian bawah itu rasanya ... basah ... mengalir—becek—hangat. Sesuatu cairan yang keluar dari saluran kencing lelaki, seperti pipis tapi yang rasanya sangat enak sekali.

Kang Usep menyadari melihatku yang kejang melenguh, ia menghentikan permainannya sejenak.

"Ngghhh ... mmhh ... aaaaahhh..." aku menggeliat-geliat gemetaran dikuasai rasa nikmat yang mendera tubuhku, sampai akhirnya aku lemas sambil membuang nafas panjang.

Sreet ... celanaku langsung ditarik oleh kang Usep, dilepas dan dilempar asal. Sementara aku masih rebah, lemas, mengatur nafasku dan belum sempat berpikir apapun.

Kang Usep juga memaksa untuk melepas celana dalamku. Gila!—ternyata celana dalamku sudah becek ... di ujung kontolku juga ada bekas tetesan cairan lendir yang lengket-lengket.

Sial ... masa iya aku orgasme barusan, pikirku dalam hati. Tapi alat vitalku itu masih berdiri tegang, masih keras dan malah semakin berdenyut-denyut nikmat.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang