[91.] Berangkat

1.1K 43 17
                                    

Tibalah hari aku memenuhi appointmentku dengan Dr. Lisa. Pada hari tersebut Dr. Lisa dan asistennya yang bernama Melodi bersama seorang supir menjemputku di rumah papa Udi.

"Pak Yudhistira, untuk saat ini percayakan saja Rai kepada saya ya. Nanti, kalau operasi sudah selesai, saya akan kabari dan bapak bisa menjemput Rai di RS Kota." kata Dr. Lisa kepada papa Udi.

"Dan satu lagi pak Yudhistira, tolong rahasiakan hal ini dari siapapun. Jadi saya minta hanya bapak dan istri bapak yang tahu. Selebih itu, jangan sampai ada yang tahu."

Istri? Sepertinya yang dimaksud ya siapa lagi kalau bukan mama Devi. Karena mereka tidak tahu kalau padahal papa Udi dan mama Devi bukan suami istri.

Papa Udi tidak banyak bertanya dan melepaskan kepergianku.


***


Aku pun berangkat bersama Dr. Lisa dan Melodi. Mobil melaju dan tadinya kupikir kami akan menuju ke kediaman Dr. Lisa yang kemarin, tapi alih-alih rupanya mobil kami menuju ke Bandara.

Mobil kemudian berhenti di sebuah hangar pribadi dan kami pun turun. Selanjutnya kami jalan ke sebuah helikopter yang telah disiapkan di helipad.

Dan ... begitu aku masuk ke dalam heli, ada seorang gadis yang langsung menyapaku.

"Hai ... Rai."

"Lexa? Kamu juga di sini?" kataku.

Siapa sangka, ternyata Alexandra sudah lebih dulu berada di sana.

"Hehehehe ... eh Rai, aku ikut lah. Mana mungkin aku mau melewatkan momen yang satu ini." katanya.

Semua orang pun masuk dan mengambil posisi duduk.

"Hai, Melodi. Hai Dr. Lisa." sapa Alexandra kepada mereka berdua.

"Hai sayang." sapa Dr. Lisa.

"Lexa, apa kabarmu sayang?" sapa Melodi.

"Baik Mel." balas Alexandra.

Mereka pun saling pelukan dan cipika cipiki.

"Ayo kita berangkat pak." kata Dr. Lisa kepada pilot heli.

Mesin heli dihidupkan oleh pilot, terdengar suara baling-baling. Pilot melakukan kontak radio ke ATC dan mempersiapkan keberangkatan.

"Ini kita mau ke mana?" tanyaku.

"Menuju masa depan kamu sayang." kata Alexandra.

Ah sepertinya aku tidak perlu banyak tanya, tinggal duduk dan menikmati perjalanan saja.

Helikoper tersebut adalah heli transport jarak jauh dengan seat penumpang yang sangat nyaman. Mesinnya halus dan berkecepatan tinggi. Modelnya mungkin kurang lebih seperti Bell 222.



Aku sempat tertidur di perjalanan dan saat aku terbangun ternyata kami sudah mau sampai di tujuan. Aku tidak tahu kami berada di mana, tetapi dari yang kulihat nampak sebuah daerah yang di kelilingi hutan hijau yang sangat rimbun. Jelas ini daerah pegunungan, tapi terpencil di suatu tempat yang entah di mana.

Hari sudah hampir menuju sore. Akhirnya kami pun tiba dan mendarat di helipad sebuah rumah mewah yang sangat besar, seperti sebuah mansion antik gaya aristokrat abad pertengahan.

'Astaga, tempat macam apa ini?' pikirku dalam hati.

"Silahkan Rai, selamat datang di lokasi rahasia kami." kata Melodi.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang