[37.] Ternyata Oh

3.4K 65 14
                                    

Keesokan paginya kami terbangun, aku merasakan tubuhku yang begitu segarnya bukan main, rasanya seperti baru saja dilahirkan. Aku langsung kebelet kencing dan lari ke kamar mandi. Aku pun langsung teringat apa yang terjadi semalam. Sambil dag-dig-dug aku membuka celanaku, semalam bahkan aku lupa dan tidak memperhatikan bagian tersebut saat aku ganti baju.

Pelan-pelan, kulihat ... si mungil dedek kecilku...

Oh...

ternyata ... oh ...

ternyata ...

Ia masih bertengger di sana.

Di tempatnya seperti sedia kala.

Seperti biasa dengan ukuran mininya tapi bentuknya masih tetap utuh sebagai kontol.

Kupegang dan kupastikan lagi ...

"Oh masih utuh..." aku bergumam dan bernafas lega.

Tapi ... apa yang terjadi semalam?


Pagi itu masih di rumah pondok kami sarapan dengan singkong rebus.

Aku menghampiri Arini.

"Eh, Rai, gimana rasanya semalam? Asik kan?" Arini menyapaku begitu melihatku datang kepadanya.

"Mbak Arini ... tapi ... ada yang aneh kan semalam itu?? Mbak tau kan?" aku langsung bertanya karena sudah sangat penasaran.

"Hm ... itu ya?" balas Arini sambil mengangguk, untuk menunjukkan bahwa ia mengerti dengan apa yang kumaksud.

"Jadi itu jelas aku bukan bermimpi?? itu nyata??" tanyaku.

"Kamu merasakannya sendiri kan? Menurutmu gimana?"

"Begitu nyata, tapi ... kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi semalam itu mbak?"

"Hm ... jujur aku sendiri juga nggak tau ... tapi, anggap aja itu hadiah dari alam." kata Arini.

"Hadiah dari alam?" tanyaku.

"Kamu sudah ditunjukkan sebuah jalan dan pilihan, kamu tinggal memberikan jawaban kepada dirimu sendiri." lanjut Arini.

Safina yang juga sudah bangun, datang lalu langsung menerkamku dan gelendotan di punggungku.

"Rai semalam ngerasain beneran jadi cewek ya?" kata Safina.

"Ah ... nggak ... aku cuma."

"Sekarang gimana tuh yang di bawah sana?" serta merta Safina langsung tanpa tedeng aling-aling meraba selangkanganku.

"eeehh! Fina!" aku hendak menghalangi tapi tangan Safina lebih cepat dan keburu menggenggam bagian intimku.

"YAAAAHHH ... koq masih ada siih!??" seru Safina.

"ssstt—Fina, berisik lu!" kataku yang langsung menutup mulut Safina. Heran ... mulut kecil tapi suara besar.

"Selamat ya, biar gimanapun juga kamu udah merasakan satu malam sebagai Gadis Ruyuk Cisange kan." kata Arini. "Harusnya kamu jalanin amalan Tumbal Perjaka sih ... tapi ... kamu kan udah mau nikah yaa ... jadi amalan itu nggak bakal ngaruh buat kamu deh, karena amalan dari Putri Sange tersebut sebenarnya cuma buat wanita single yang belum punya pasangan." sambung Arini.

"Nah ... Safina dan Safira nih yang sekarang punya hutang amalan Tumbal Perjaka. Hayooo..." tunjuk Arini kepada kedua gadis kembar itu.

Kedua anak itu hanya saling tatap.

"Gimana mo nyari cowok, orang lesbi, nggak suka cowok..." gumam mereka berdua.

Sebenarnya intinya kami bertiga; aku, Safina dan Safira sama-sama percuma ikut mandi di sana. Karena percuma mendapat pesona Putri Sange tapi toh cuma disimpan sendiri, memang tidak niat untuk dipakai memikat dan memangsa lelaki.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang