[11.] One Month Notice

5.5K 87 4
                                    

Hari ini kuhitung sudah genap sebulan aku tinggal bersama tante Ratu. Pagi ini aku terbangun, kulihat Safira dan Safina sudah tidak ada di tempat tidur. Aku segera beranjak dari kasur dan langsung pergi mandi.

Selesai mandi aku bercermin memandang tubuh dan wajahku dengan seksama. Kubiarkan rambut panjangku yang masih basah tergerai, bulir-bulir air masih terlihat menetes di wajah dan dadaku yang kulitnya begitu putih terang.

Aku hampir tidak percaya, hormon yang rutin disuntikkan tante Ratu benar-benar berefek pada tubuhku. Aku melihat kantung zakarku yang sudah sangat mengecil bahkan seperti mengempis, kontolku yang menciut pun hanya terlihat ujungnya saja ketika tidak sedang ereksi. Itu pun sangat jarang sekali aku bisa ereksi jika tidak benar-benar sangat terangsang. Tentu saja tidak mengherankan kenapa tubuhku bisa berubah seperti sekarang. Mungkin porsi hormon lelaki di tubuhku telah berangsur berkurang drastis dan membuat sisi kemaskulinanku yang memang tidak seberapa sekarang semakin luntur perlahan namun pasti.

Aku juga merasa wajahku perlahan nampak berubah. Seperti ada yang berbeda entah dari bentuk tulang pipiku ... atau ... mataku. Raut wajahku seperti jauh lebih feminim dari sebelumnya.

Kalau kemarin aku masih bisa melihat cetakan wajah Raya yang tersamarkan dengan efek makeup, tetapi sekarang tanpa makeup pun wajahku sudah terlihat cantik, putih bening dan bersih, tanpa bekas-bekas jerawat. Kulit wajahku juga terlihat kencang dan setingkat lebih cerah dari biasanya. Bayangan yang ada di dalam cermin di hadapanku itu benar-benar terlihat seperti seorang wanita muda, berwajah cantik, imut dan manis seperti gadis-gadis melayu. Aku benar-benar menjadi diriku dalam versi perempuan.

Warna kulit tubuhku bahkan juga sudah bukan seperti normalnya kulit putih seorang cowok, tapi benar-benar seperti kulit cewek yang lebih bening terang dan glowing. Terasa begitu tipis, halus, lembut dan sangat sensitif. Sentuhan sedikit saja sudah membuatku merinding geli.

Suaraku pun sekarang jadi begitu lembut dan lebih jernih, dengan pelatihan rutin dari Safina sekarang suaraku bisa kubuat mirip dengan suara wanita. Karena setiap hari aku juga dituntut untuk selalu terbiasa bicara dengan gestur feminim dan nada yang lemah lembut seperti layaknya wanita.

Bentuk tubuhku yang langsing dan pinggulku yang semakin membulat juga semakin mendukung penampilan fisikku sebagai wanita. Hanya saja aku belum memiliki payudara yang besar, tapi kulihat sudah ada gundukan bulat-bulat kenyal yang mulai tumbuh di dadaku. Yang pasti itu bukan seperti lemak di dada cowok yang gegombyoran, yang ini jelas beda dari bentuknya yang benar-benar keluar dan membulat sempurna, seperti toket anak remaja yang baru tumbuh.

Sekarang aku benar-benar sudah tidak cocok lagi dipanggil Raya Ekadewa dengan rupaku yang sekarang. Aku sedih, bagaimana jika kedua orang tuaku melihatku seperti ini. Apa yang akan mereka katakan.

Gila ... sekarang aku berani bilang kalau aku bahkan tidak kalah cantik dari anak-anak wanita di kampusku dulu. Apakah ada yang masih akan percaya kalau aku ini adalah Raya? Kalau suatu hari aku kembali ke kampus, semua anak wanita pasti akan iri padaku dan para pria akan berlomba untuk mendekatiku. Bahkan mungkin aku bisa merebut si Tampan dari Maya.

Astaga, edan ... lagi-lagi otakku ... korslet. Kenapa aku malah bisa berpikiran terbalik seperti itu, seharusnya yang kupikirkan adalah merebut Maya dari pelukan si Tampan.

Sekarang jujur saja aku merasa benar-benar takut dengan diriku dan penampilan baruku. Karena sebenarnya aku bukan seorang transvestis dan tidak pernah ingin menjadi sosok seperti itu. Sebagai lelaki normal, pastinya yang aku inginkan adalah memiliki seorang wanita ... bukan malah menjadi sosok wanita.

Jujur saja—aku terus kepikiran dalam hati—aku takut apabila aku tidak bisa kembali menjadi seperti semula.

Aku ingin kembali menjadi Raya yang dulu, walaupun aku seorang Raya yang cupu dengan kehidupan kampusku yang membosankan. Tapi seburuk apapun kehidupanku dulu, aku tetap akan punya kebebasan untuk menentukan keinginan dan jalan hidupku.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang