[22.] Sarapan dan Desahan

7.1K 93 8
                                    

Perkenalanku dengan anak-anak Pondok Mawar sangat berkesan, mereka seperti membuatku merasa memiliki sebuah kehidupan baru. Mereka membuatku merasakan yang namanya 'diterima', menjadi bagian dari sesuatu. Mereka menerimaku dengan tulus tanpa syarat apapun.

Kehidupan yang kudapatkan di sini jauh lebih baik daripada pergaulan kampusku yang super hedon tapi tidak pernah kurasakan ada orang-orang yang mau tulus berteman dengan hati. Yang ada hanya pertemanan karena gengsi dan materi.

Walau seburuk apapun pekerjaan yang dilakoni oleh anak-anak Pondok Mawar, tapi buatku itu adalah urusan pribadi mereka. Di samping apapun itu aku tetap dapat merasakan kalau sebagai manusia biasa hati mereka sangat baik.

Btw, jangan salah, pergaulan di kampusku juga dipenuhi dengan seks bebas. Wanita-wanita di kampusku juga tipe wanita yang tidak sungkan untuk berhubungan seksual dengan pacar-pacar mereka. Dalam hal ini ... termasuk ... Maya.

§


Sepulangnya dari Pondok Mawar, seperti biasa malam harinya aku pun digempur lagi di atas ranjang untuk menuntaskan libido kejantanan kang Usep. Tapi malam ini rasanya kang Usep tidak banyak bicara. Ia hanya menggenjotku dengan agak kasar sampai ia orgasme, tapi aku belum mendapatkan orgasmeku.

Setelah satu orgasme itu ia langsung tidur, tapi ia memelukku dengan erat seakan takut aku tiba-tiba hilang.


Keesokan paginya ia sudah terbangun lebih dulu saat aku membuka mata. Aku langsung menarik selimut untuk menutup dadaku karena kami berdua sama-sama masih telanjang.

"Kenapa kang melihatku seperti itu?" tanyaku.

"Aku nggak mau kamu main ke Pondok Mawar lagi." kata kang Usep.

"Tapi, mereka itu teman-temanku sekarang. Aku kan juga butuh kehidupan dan pertemanan dengan orang lain."

"Aku hanya tidak mau sampai kamu dipengaruhi yang aneh-aneh sama mereka."

"Walaupun pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang hina, tapi hati mereka baik. Mereka nggak seperti itu."

"Yaa tapi bisa aja kalau tau-tau kamu diajak nongkrong, trus ada cowok yang pegang-pegang kamu trus kamu keenakan." kata kang Usep.

TPLLAAAAAAAKKKK!!!

Kang Usep terkejut.

Tanganku seperti bergerak sendiri menamparnya begitu kencang. Aku pun kaget dan tersadar dengan apa yang baru saja kulakukan. Tapi aku tidak mau gentar. Aku langsung bangun dan melotot.

"Jaga mulut kamu ya kang!! Kamu juga bukan laki-laki terhormat, kamu itu NAJIS!! Kamu bikin aku jadi perempuan, jadi sekarang kamu hargai aku sebagai perempuan."

Kang Usep nampak nanar mendengar kata-kataku, tapi aku tidak takut dan tidak mundur.

"Kamu takut dan cemburu kalau aku diapa-apain orang karena kamu juga dulu seperti itu kan!!?? Ingat, kamu juga mendapatkanku dengan cara memaksa dan memperkosaku kan? Kamu sama sekali bukan laki-laki sejati kang! Kamu itu laki-laki yang SANGAT MEMALUKAN." kataku dengan nada sangat ketus.

Kang Usep lantas menunduk dan terdiam.

"Maaf." hanya itu saja sepucuk kata yang keluar dari mulutnya.

Suasana pagi itu pun sunyi untuk beberapa saat.

Kutenangkan kembali diriku.

Setelah kami berdua saling berdiam cukup lama akhirnya kang Usep hendak beranjak bangun, namun lalu kudekati kang Usep dan kutahan dengan menggenggam pergelangan tangannya.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang