[30.] Pilihanku

2.7K 61 19
                                    

"Raya..."

"Eh ... Rayaa!"

"Rayaaaa..!!"

"Eh, i—iya tante ..." aku terkejut.

"Tuh, bengong ... mikirin ayam kampus lagi?"

"Ah ... nggak koq ... tante sih ... tumben tante panggil aku dengan nama asliku." kataku.

"Oh, kamu masih inget toh nama kamu Raya." kata tante entah dia meledek atau bagaimana, karena ia mengucapkannya tanpa ekspresi.

Dulu saat pertama kali dipanggil Rai rasanya canggung dan aneh sekali, tapi sekarang justru yang kurasakan adalah kebalikannya. Saat sekarang dipanggil Raya justru aku merasa aneh persis seperti ketika pertama aku rasakan ketika dipanggil Rai.

"Rai, kamu masih mau kembali jadi cowok kan? Selesai bulan ketiga ini kamu udah nggak perlu suntikan lagi, kamu hanya perlu pil dosis rendah untuk sekedar perawatan saja. Ukuran toket kamu mungkin akan sedikit mengecil tapi nggak akan hilang koq. Badan kamu kan juga udah lumayan bagus terbentuk." kata tante Ratu.

"Tante Ratu ... kalau aku minta dilanjutin aja gimana?"

"Eh? Kamu yakin? Sebagai seorang waria, segini aja nih kamu udah sangat cantik lho." kata tante Ratu.

"Tapi, kalau aku masih mau terusin, nggak apa-apa kan tante? Apa ada efek yang buruk?"

"Kamu tau sesuatu? Femalekhinon V ini sebenarnya sebuah hormon campuran sintesis yang sangat keras. Ini nggak beredar di Indonesia, tante aja pesan lewat online dari portal perdagangan bebas Ali Babe." kata tante Ratu. "Obat ini sebenarnya khusus buat cewek, buat menjaga kesehatan hormon dan mencegah menopause dini." sambung tante Ratu.

Nah, baca baik-baik ya petunjuknya: khusus buat cewek.

"Efek obat ini kalau dikonsumsi sampai batas maksimalnya—kemungkinan besar—sebagai pria bisa jadi kamu mandul secara permanen. Bisa-bisa tubuh kamu juga permanen wanita dan bakal ketergantungan sama hormon wanita seumur hidup."

"Sangat sulit untuk kembali menjadi pria normal nantinya, malah bisa-bisa bahaya buat tubuh kalau kamu memaksakan untuk kembali jadi cowok nantinya. Kalau udah gitu, ya udah aja nanggung, tinggal tuntasin aja operasi kelamin daripada punya badan setengah-setengah. Lagian nggak mungkin juga sifat kamu masih bisa maskulin kalau kamu udah 99% feminim seperti itu." tutur tante Ratu.

"Nggak apa-apa tante ... aku ingin melanjutkan saja kalau boleh."

"Benar? kamu yakin untuk melanjutkan ini?"

"Urusan biaya pasti aku dan kang Usep akan sediakan."

"Hehehehe, tante nggak se-mata duitan itu koq. Kamu udah tante anggap seperti anak sendiri, sama seperti Safina dan Safira, biarpun mereka keponakan tapi udah tante anggap anak sendiri. Kalau emang kamu bahagia seperti ini ya udah, tante dengan senang hati akan merawat kamu."

Aku pun tersenyum, tapi kemudian aku malah jadi menangis begitu dipeluk tante Ratu.

"Kalo kamu nggak siap jangan dipaksain Rai, udah segini aja biar kamu masih bisa kembali."

"Nggak tante, aku nggak mau kembali jadi Raya lagi. Biarin aku mau memulai hidup baru sebagai Rai." kataku.

"Eh, Rai, kamu udah tante daftarin untuk ikut upacara mandi kesuburan di Ruyuk Cisange." kata tante Ratu.

"Ah, yang bener tante? Emang aku diperbolehkan ikut?" tanyaku.

"Tante kan salah satu senior adat di kampung ini, apa sih yang nggak bisa."

"Tapi, aku kan cowok,"

"Ya kamu berdoa aja di sana, siapa tau suatu hari terkabul kamu benar-benar jadi cewek."

"Ah, jadi ini pertama kalinya donk orang luar ikut mandi di sana."

"Orang luar?? Siapa? Kamu?? Oh, kamu udah bukan orang luar lagi sayang. Kamu calon Gadis Ruyuk Cisange." kata tante Ratu.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang