[109.] Pernikahan dan Bulan Madu

1.8K 39 10
                                    

Akhirnya tiba lah hari di mana pernikahanku berlangsung. Hari itu janji suci di antara aku dan Rey pun saling diucapkan. Dan ... aku pun resmi menjadi istri dari Reyhan Akbar. Buku nikah sama-sama kami tanda tangani dan kami pun difoto berdua sambil sama-sama memegang buku yang bersampul merah dan hijau tersebut.

Buku tersebut adalah buku yang sangat sakral, karena ia berisikan catatan janji suci antar sepasang insan manusia. Namun, ironis tidak sedikit orang yang menganggapnya hanya sekedar buku sebagai syarat hukum negara untuk mengesahkan perkawinan. Banyak ikatan pernikahan yang di tengah jalan seperti hanya dibuat main-main.

Akan tetapi bagiku ... inilah janji sakralku.

Ikatan yang sangat berharga.

Pilihanku, keyakinanku, sekali seumur hidup hingga maut memisahkan.

Detik itu aku tidak dapat menahan air mataku yang mengalir. Langsung saja kupeluk Reyhan dengan begitu lama di hadapan semua hadirin yang menyaksikan. Bahkan kami pun juga saling berciuman. Walaupun dalam budaya timur ciuman bibir dianggap terlalu erotis untuk dipamerkan di depan umum. Tapi ... ah, aku dan Rey tidak peduli.

Sekarang, aku dan Rey telah memiliki ikatan cinta yang sesungguhnya. Dan kami sudah siap menghadapi bagaimanapun badai kehidupan yang akan mengguncang bahtera kami karena kami akan selalu berpegangan tangan untuk menerjang badai. Aku percaya kalau aku punya pemimpin rumah tangga yang hebat dan aku akan selalu ada di sampingnya untuk mendampinginya.

§


Setelah akad nikah, acara langsung dilanjutkan dengan pesta resepsi. Sebuah hotel bintang lima yang terletak di Bandung Utara tepatnya di daerah Ciumbuleuit menjadi venue pesta pernikahanku.

Banyak sekali para tetamu yang juga berasal dari pihak keluarga Reyhan sampai kolega dan teman-teman.

Semua orang-orang yang kucintai ada di acara ini. Keluarga Cikawin; Tante Ratu Paulina, Safina dan Safira, Arini dan Renju. Keluarga Pondok Mawar; Monik, Bella, Felin, Manda, Evi. Keluarga Bali-Lombok; Alexandra, Om Alex dan tante Hana. Juga tante Zara, om Adi, om Doddy, tante Nadine. Bahkan, tidak kusangka pasangan Dr. M dan Dr. Lisa ternyata turut hadir memenuhi undanganku.

Sayangnya Erwin sahabatku yang tidak bisa datang karena sedang bertugas di Sumbawa.

Beberapa anggota keluarga besar mama ada juga yang datang ke pesta. Ada beberapa bibi dan paman yang aku tidak begitu dekat dengan mereka. Mereka mengetahui kalau dulu aku adalah anak cowok dan kini aku jelas-jelas adalah seorang transpuan, tapi mereka tidak berkomentar apapun.

Akan tetapi, sayangnya keluarga besar Ekadewa yang hadir satu-satunya hanyalah paman Bima—ia datang seorang diri. Agak ironis rasanya, sebagian besar keluarga dari papaku malah tidak menghadiri hari bahagiaku. Paman Bima tidak berkomentar apapun saat menemuiku di pesta. Tapi ia tetap memberi selamat dan aku sangat menghargainya.



Setelah acara sambut menyambut aku merasa sangat lapar. Aku memang belum sempat makan karena persiapan acara yang begitu panjang. Akhirnya aku dan Rey turun dari pelaminan dan pergi untuk mengambil makan.

Aku dan Rey ditemani oleh teman-teman kami di table area VIP yang disediakan untuk keluarga dan tamu undangan khusus.

Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba kami semua terkejut, karena ada dua orang bapak-bapak dan tiga orang ibu-ibu yang naik ke atas panggung musik.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang