[89.] Pesta Perpisahan Kampus

1.2K 43 15
                                    

Aku dan Erwin berhasil menamatkan perkuliahan kami tepat bersama angkatannya Alexandra. Singkatnya, tibalah pada momen di mana kami diwisuda.

Pada saat acara wisuda, walaupun kami semua pakai baju Toga, tapi penampilan wajahku tetap saja feminim wanita. Apalagi aku juga tetap bermakeup (oh rasanya itu sangat wajib di kehidupanku yang sekarang).

Semua orang di kampus sudah tahu kalau aku adalah seorang transgender. Hal tersebut tidak berpengaruh atau mengubah apapun terhadap statusku sebagai seorang lulusan akademis. Hanya saja saat namaku dipanggil, namaku tetap sebagai Raya Ekadewa karena memang identitas resmiku masih sebagai Raya. Jaman sekarang semua orang juga sudah tahu bagaimana proses transisi identitas pada seorang transgender.

Yang hadir pada saat penyerahan ijazah adalah papa Udi dan mama Devi. Sedangkan papa Juna tidak bisa hadir, padahal wisuda tersebut bertepatan pada hari minggu. Dan lagi, papa Udi juga sudah memberikan jemputan gratis untuk mengantar mereka semua ke Jakarta agar bisa melihatku diwisuda.

Sebenarnya papa Udi sempat merasa tidak enak ketika menjemput mama Devi lantaran papa Juna yang tidak mau ikut. Papa Udi merasa posisinya serba salah. Tapi, ia tidak ingin membiarkan momen sekali seumur hidup ini terlewatkan bagi mama Devi, karena mama Devi berhak untuk melihat anak satu-satunya diwisuda.

Reyhan turut hadir pada acara wisuda tersebut dan memberiku selamat.

Bahkan juga teman-temanku yang lain, seperti geng Pondok Mawar, sampai tante Ratu juga Arini semua turut memberi selamat meskipun lewat video call.



Night Party

Selesai acara wisuda, barulah acara akan dilanjut dengan pesta kelulusan dan perpisahan kampus. Pesta yang sama seperti yang dirasakan oleh para lulusan yang tahun lalu.

Tentu saja aku tidak mau melewatkan momen yang satu ini.

"This is my life moment."

Pada acara pesta kelulusan ini tentu saja aku berganti kembali menjadi pakaian wanita. Slit dress merah sudah disiapkan untuk pesta dansa sesuai dress code tahunan acara ini.

Seperti halnya tahun lalu, sebuah hotel mewah telah disewa untuk para mahasiswa yang pada lulusan. Banyak yang mengambil kamar di sini untuk menginap agar bisa langsung beristirahat setelah usai pesta. Aku dan Alexandra mengambil satu kamar untuk berdua. Erwin juga mengambil satu kamar untuknya sendiri.


Setelah acara makan malam dan pesta dansa yang sama seperti tahun kemarin. Tapi kali ini kami bertiga lanjut ke night pool party yang diadakan khusus untuk pesta angkatan kami saja.

Area pool di hotel tersebut dipenuhi dengan dekorasi kelap kelip cahaya lampu disko dan musik yang sangat meriah.

Semua wanita di sana pastinya berpakaian seksi dan serba buka-bukaan. Ada yang pakai tanktop dan hotpants, ada juga yang pakai swimsuit dan bikini.

Aku dan bahkan Alexandra pun juga ikut pakai bikini.

Wow, edan. Akhirnya si incess berani pamer bodi di hadapan teman-temannya, yang otomatis membuat semua teman-temannya terbelak karena ... apalagi kalau bukan karena tatto besar yang tercetak di punggungnya. Oh ya, mereka sudah biasa melihat bodi gadis seksi. Tapi ... tampang lugu anak polos, yang lantas bertato bak Yakuza di tubuhnya ... oh itu sesuatu yang ... begitulah.

Erwin juga sampai ikut terkejut-kejut, lantaran ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya pada saat proses pembuatannya. Apalagi Erwin sangat takut dan phobia berat dengan yang namanya jarum.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang