[90.] Ikatan Cinta

1.2K 46 5
                                    

Akhirnya aku pulang ke Bandung Kota, ke kediaman papa Udi. Tapi tidak ada siapapun di keluargaku yang mengetahui kepulanganku kecuali papa Udi dan mama Devi.

Mama Devi bilang pada papa Juna kalau aku masih di Jakarta, dan papa Juna juga pun nampaknya tidak begitu peduli. Mungkin yang ada di pikirannya toh aku sudah dewasa, jadi terserah aku mau tinggal di mana. Apalagi kan aku juga sudah lulus kuliah dan aku memang sudah tidak merepotkan dirinya lagi sejak diasuh papa Udi.

Aku jadi semakin terpikir. Apakah jangan-jangan papa Juna memang sudah tahu jika aku bukan anak kandungnya?

§


Pada hari sebelum keberangkatanku,

Sore hari itu mama datang menemuiku di kediaman papa Udi.

Begitu sampai di rumah papa Udi, mama langsung beranjak naik ke kamarku dan membuka lemariku.

"Raya, mama pinjam baju kamu ya." katanya.

Langsung saja ia melepas kemeja dan celana panjang yang ia kenakan di depanku sampai tersisa BH dan CD saja, kemudian dia mengambil baju summer dressku. Dress tipis warna putih dengan motif bunga. Baju tersebut model halter top, bertali sehelai tipis yang melingkari leher dan bagian punggung yang terbuka polos sampai ke pinggang. Mama Devi pun melepas BH nya juga jadi ia bra-less dibalik dress tersebut. Tapi bagian dada dress tersebut sudah ada busa penyangga, jadi memang tidak perlu memakai bra lagi dibaliknya.

"Ahh, astaga ... enak banget Raya. Adem dan nyaman banget lho." ucap mamaku.

"He-he-he..." aku hanya tertawa kecil saja.

Papa Juna melarang mama untuk pakai baju yang bagus apalagi baju yang seksi. (Padahal kan cuma di rumah doank). Lagian ... bukannya harusnya malah suami senang dan seger ya kalau lihat bini menghiburnya dengan penampilannya yang cantik dan seksi? Pokoknya papa Juna itu memang unik sendiri.

Ah, padahal mamaku sampai umurnya yang sekarang saja masih tetap cantik seperti dewi-dewi dan ratu-ratu yunani.

Aku lantas mengajak mama ke patio atau sebuah balkoni besar yang terletak di lantai dua menghadap ke bagian belakang rumah untuk duduk-duduk santai. Di tempat tersebut ada sun lounger besar dan empuk ukuran 160x180, bisa untuk duduk-duduk santai sekaligus bisa selonjoran.

Udara sore itu terasa sejuk dengan matahari sore yang bersinar dengan hangat.

Mamaku langsung rebahan santai di lounger tersebut.

Aku pun ikut rebahan di sampingnya langsung merajuk manja ke pelukan mamaku dan tidur di atas dadanya.

"Ma, kalau aku udah benar-benar jadi cewek, bolehkah aku pakai namaku sebagai Rai aja?"

"Hmm, kamu suka nama itu?"

"Hmm ya, nama Rai itu kan bagus. Dalam bahasa Hindi artinya 'bangsawan'."

"Ah kamu mau jadi kayak artis India itu? Aishwarya Rai?"

Ah, nggak juga sih ... sebenarnya, aku suka saja karena nama tersebut juga adalah pemberian tante Ratu.

"Ya, mama rasa kamu cocok jadi seorang Rai. Mama juga suka nama itu." kata mamaku.

Aku dan mama jadi saling menatap.

Mama membelai wajahku dan kupejamkan mataku menikmati sentuhan jemari lentiknya. Ia lalu mencium keningku dan aku pun balas mencium keningnya juga. Lalu ia mencium pipi dan ... bibirku—tapi hanya sebuah kecupan kecil satu detik saja.

Aku membuka kedua mataku dan kutatap mamaku. Kubelai dan kusibak rambutnya ke belakang telinganya.

"Mah aku mau tanya ya. Tapi ... aku minta, mama jawab yang jujur ya." kataku.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang