[83.] Pasca Badai

1.8K 50 26
                                    

Pagi hari—Tampan terbangun dalam keadaan bugil, masih di dalam kamar tidur utama. Seluruh tubuhnya terasa sakit di sana sini. Paha, lutut, hingga betisnya terasa kram, terutama bagian pantatnya yang terasa perih-perih kebas. Tubuhnya juga masih terasa begitu lemas bukan main saat ia mencoba bangun dari tempat tidur.

"Aaaarrrghhhh!! Bhangshaat lu Raya!! Lu dan temen-temen perek lu yang laknat itu!!" Lelaki itu mengendus kesal dan marah-marah sendiri. "akh!! akh!! awwhh!!" tiba-tiba sakit nyut-nyutan dan rasa perih di pantatnya kembali terasa. Tapi ternyata tidak hanya pada pantatnya, Tampan juga merasakan alat kelaminnya yang nyeri-nyeri setengah mati rasa. Rupanya kontolnya itu masih terjepit dan terkurung oleh chastity cage. Untungnya Raya telah meninggalkan kunci gembok chastity cage tersebut di samping tempat tidur.

Dengan menahan segenap rasa nyeri yang ada, Tampan membuka gembok besi laknat yang mengurung barangnya itu. Click—akhirnya barangnya kembali bebas, tapi betapa terkejutnya ia melihat bentuk barangnya yang sudah bengkak membiru. Ia langsung menjerit dan menangis frustasi.

Sepertinya rasa sakit itu akan terus mengingatkannya—sepanjang hari ini—akan kejadian semalam. Kejadian yang masih fresh dalam ingatannya walau sebagaimanapun Tampan berusaha untuk tidak mengingatnya.

Kemudian ia pun hendak beranjak dari kasur. Namun, ketika ia baru saja berdiri—betapa terkejutnya dirinya—ia merasa seperti ada sesuatu yang keluar dari pantatnya. Rupanya pantatnya tidak hanya sobek, tapi rektumnya juga sudah longgar dan melorot. Kalau ia berjongkok sedikit saja, akan ada daging yang menjuntai keluar bersama lubang rektumnya. Ia telah mengalami yang istilahnya disebut 'rectal prolapse'.

Kembali lah ia menjerit-jerit dan menangis frustasi. Ia berjalan turun dari tempat tidur dalam keadaan tertatih-tatih sambil memegangi pantatnya. Ada banyak lendir-lendir merembes keluar dari sana dengan bau yang sangat menjijikan. Rasa mual pun datang, bukan karena bau busuk dari pantatnya saja, tapi ia juga merasa kalau perutnya memang terasa tidak enak. Semalam itu—entah berapa banyak cairan peju liar yang telah tertelan olehnya.

Uhuk ... uhuk ... uhuk!! huk!! huooooeeeekkkk ... huooeeekkk!!!—Akhirnya ia terbatuk dan termuntah-muntah, keluar lah cairan macam lendir campur aduk dari mulutnya. Dan bersamaan dengan muntah, ia juga jadi terberak-berak. Keluar pula limbah yang juga campur aduk tidak jelas dengan lendir-lendir dari saluran pembuangannya di bawah sana. Semua berantakan di lantai kamar.

Akibat dari muntah di tambah terboker-boker barusan, rektumnya jadi semakin melorot turun—menjuntai keluar dari pantatnya.

Tampan pun panik, ia berjalan terngengkang-ngengkang ke kamar mandi sambil memegangi pantatnya yang sudah hancur lebur dan belepotan tidak jelas. Di kamar mandi, ia membersihkan diri sambil berusaha memasukkan kembali bagian tubuhnya yang menjuntai tersebut ke dalam anusnya. Rasanya nyeri dan sakit.

Tidak hanya itu saja, saat ia hendak kencing pagi itu pun juga rasanya nyeri dan teramat sakit bukan main. Alat kelaminnya nampak bengkak membiru karena terlalu lama terjepit chastity cage.

Sepertinya ia tidak akan pernah melupakan malam lendir penuh nestapa dan huru hara itu.



Saat Tampan keluar kamar, ia mendapati Cibeng di sana yang juga dalam keadaan telanjang. "Cibeng!? kenapa lu telanjang? Mana baju lu?"

"Pan? Lu kenapa sampe babak belur gitu? Pantat lu kenapa?" Cibeng terkejut melihat Tampan yang keluar kamar dengan rupa yang sangat kacau, ditambah bau yang sangat tidak sedap. Dan temannya itu nampak berjalan sambil memegangi pantatnya.

"Beng? Lu juga, kenapa lu jalan ngengkang-ngengkang gitu?" Tampan juga keheranan melihat temannya itu yang juga terlihat berjalan ngangkang tertatih-tatih.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang