"Aneesa, kamu dengar kata ibu, iya kan? Sebagai kakak harus mengalah pada adikmu Meera"
"Aneesa, tolong jangan ganggu Ayah. Kamu bisa menunjukkan lukisan itu lain kali ya"
"Aneesa, contohlah kakakmu. Kapan kamu bisa membuat kami bangga?"
"Aneesa! Jangan lakukan hal seperti itu, kamu membuat kami malu. Mengerti?"
Aneesa, Aneesa...Aneesa! Aku benci mendengar nama itu.
Aku selalu mendengarkan apa pun yang kalian katakan, tapi kalian tidak pernah sekali pun mendengarkan keinginanku, kalian tidak pernah sekali saja menanyakan bagaimana perasaanku.
Kalian tidak pernah melihatku, jadi kenapa, kenapa aku dilahirkan? Selamanya aku hanya menjadi bayang-bayang kakak dan menjadi batu loncatan untuk adikku.
Hah...
Mimpi.
Mimpi di siang bolong, menyebalkan sekali. Ketika menjadi Elizabeth, kenapa aku masih harus memimpikan Aneesa yang menyedihkan itu. Memang kehidupanku sekarang ini masih kurang menyedihkan?
Tanpa sadar, air mata sudah menumpuk di sudut mataku, aku merasa enggan menangis, air mata itu terus tertahan menolak untuk turun membasahi pipi.
Aneesa...semoga kelak aku bisa tenang di alam sana. Aku lelah menjadi kehidupan ganda seperti ini, aku akan berusaha menjalankan peranku sebagai Elizabeth sampai batas waktuku selesai. Semoga saja ini adalah kehidupan terakhirku, aku ingin kutukan berpindah jiwa tidak terulang lagi di masa depan.
Tok...tok...tok
Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki disusul suara ketukan pintu.
"Nona, saya Julie datang untuk melayani Nona"
"Ah ya, Julie" aku melompat dari tempat tidur yang tinggi ini, memang tubuh ini bukan hanya kurus kerontang, tapi juga pendek.
"Apakah Nona mengizinkan saya masuk?"
"Ya, silakan"
Bukan hanya langkah satu orang, tapi ada beberapa langkah yang masuk.
"Nona, ini waktunya Nona untuk membersihkan diri, kami sudah menyiapkan air hangat untuk Nona"
Mandi maksudnya. Di sini menggunakan bahasa kuno yang aneh, tapi lebih aneh lagi karena aku bisa langsung mengerti apa yang mereka katakan seolah itu adalah bahasa sehari-hari. Bisa kukatakan, aksen di dunia ini sedikit mirip aksen British tapi seperti ada percampuran bahasa latin.
Beberapa waktu yang lalu, ketika menjelang senja, Emma yang akan membantuku mandi, dia dengan tubuhnya yang sudah cukup renta membawa ember kayu berisi air hangat ke loteng, tanpa ada satu pun pelayan yang mau membantunya.
Countess melarangku mandi dengan air hangat katanya aku hanya membuang-buang sumber daya api untuk memanaskan air. Namun, Emma yang baik hati itu merasa tidak tega melihatku kedinginan, dia diam-diam selalu membawakan air hangat untukku.
Apa yang sedang wanita tua itu lakukan ya sekarang? Semoga saja countess tidak membuatnya berada dalam kesulitan.
"Bolehkah aku mandiri sendiri saja?"
Semua orang tertegun dengan pertanyaanku barusan, memang apa yang salah? Aku hanya tidak ingin orang lain melihat luka yang sudah berubah menjadi koreng di sekujur tubuhku ini.
Julie tersenyum dengan sangat lembut, "Kami merasa sedih jika tidak bisa melayani Nona, jadi mohon untuk tidak menolaknya Nona"
Jika aku menolak mereka pasti akan membujukku lagi karena pelayan di kastel ini berbeda dengan pelayan di kediaman count, pelayan kastel ini tampak lebih profesional dan bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Исторические романыWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
