"Nyonya kenapa Anda tiba-tiba ingin mengunjungi kuil suci?" Abel bertanya seraya mencarikan pakaian yang paling cocok untuk datang ke kuil suci.
"Semuanya benar-benar sederhana Nyonya" Abele heran, selera pakaian Elizabeth selalu sederhana dengan tone warna yang hampir semuanya gelap, dia tidak menyukai warna yang mencolok.
"Yang putih itu saja" Elizabeth menunjuk gaun brokat berwarna putih dengan hiasan bunga kecil yang timbul di bagian ujung gaunnya.
"Baik Nyonya, bagaimana jika dipadukan dengan topi pillbox jaring ini?"
"Ya, itu tidak buruk" dia cukup yakin dengan selera fashion Abele.
Abel sama sekali tidak merasa curiga kenapa Elizabeth tiba-tiba saja ingin menuju kuil. Dia berpikir jika Elizabeth hanya ingin berdoa biasa.
Dia selesai bersiap, mengenakan gaun yang sudah dipilih dengan sangat teliti oleh Abel. Elizabeth tampak menyembunyikan sesuatu di balik gaunnya, Abel tidak menyadari itu, dia menyembunyikannya dengan sangat baik dan berhati-hati saat melangkah agar benda itu tidak jatuh.
"Nyonya, apakah Anda ingin berdoa di kolam suci?"
"Ya Abel, aku ingin mendoakan keselamatan pasukan kita di medan perang"
Abel tersenyum, dia merasa senang raut wajah Elizabeth yang biasanya pucat kini kembali berbinar berkat riasan yang dia gunakan.
"Abel, apa keretanya sudah siap?"
"Sudah Nyonya, para kesatria juga sudah berkumpul di bawah"
"Baiklah, aku sudah mengatakan pada Julie semalam untuk mengecek dokumen di ruang kerja, jadi ayo langsung saja berangkat"
"Baik Nyonya"
Hari itu tampak cerah, burung-burung mengepakkan sayapnya dengan girang di langit. Namun cerahnya langit belum tentu menandakan cerahnya hati seseorang. Apa yang Elizabeth rasakan bertolak belakang dengan suasana yang terlihat sekarang.
"Nyonya?" Abel memanggil wanita itu, dia tampak begitu serius mengamati pemandangan di luar. Namun yang membuatnya khawatir adalah wajah Elizabeth yang tampak sendu.
"Ada apa Abel?"
"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?"
"Tidak ada Abel, aku hanya berpikir, bagaimana rasanya jika aku menjadi mereka ya?"
"Mereka siapa Nyonya?" Abel langsung memastikan di luar jendela, yang dia lihat hanya para penduduk yang sedang berlalu-lalang.
"Mereka, para rakyat biasa"
"Tidak Nyonya, jika Anda menjadi rakyat biasa, saya mungkin tidak akan bertemu dengan Anda"
"Mungkin Abel akan bertemu dengan sosok yang jauh lebih baik dariku?"
"Kenapa Anda bicara seperti itu, saya merasa sangat sedih jika Anda mengatakan hal yang merendahkan diri sendiri. Nyonya adalah yang terbaik, seumur hidup saya, saya hanya memiliki satu Nyonya"
Elizabeth merasa sangat tersentuh mendengar ucapan baik yang selalu keluar dari mulut Abel. Dari sekian banyaknya ingatan buruk yang pernah dia rasakan, dia akhirnya memiliki kenangan baik, namun, dia tetap harus melepaskannya.
"Jika ada kehidupan lain, aku berharap kita bisa bertemu kembali, tapi, aku tidak berharap untuk hidup kembali, mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita di dunia, Abel"
Ketoplak...ketoplak...ketoplak.
Kereta kuda itu terus melaju, menuju tempat yang paling terang di wilayah Deimos. Kuil yang dipenuhi dengan nuansa putih dan hitam, hitam yang melambangkan Arche sang penguasa kegelapan dan putih yang melambangkan kesucian dari Acatia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
