Dekapan seseorang yang terasa hangat memeluknya, di atas gumpalan awan berwarna hitam dia bisa melihat kastel megah berwarna keemasan dari jarak yang cukup jauh.
"Putriku kau lihat di sana"
"Ya Ibunda"
"Itu adalah istana Dewa Bulan, sang penguasa kegelapan"
"Tapi bukankah Ayahanda sang penguasa malam?"
"Benar, Ayahmu juga penguasa kegelapan, tanpa Ayahmu tidak akan ada keseimbangan di alam, dunia hanya akan dipenuhi cahaya tanpa kegelapan, akan tetapi, tanpa Dewa Bulan, malam akan menjadi menakutkan dan dunia kita akan dihancurkan oleh matahari."
"Apakah dia lebih kuat dari pada Ayah?"
"Keduanya sangat kuat. Tapi Dewa Bulan memiliki lebih banyak pasukan langit"
Wanita itu kemudian menceritakan asal-usul dunia itu, dunia yang mereka sebut sebagai Malam. Di mana dua raja yang termahsyur berkuasa, Dewa Kegelapan sang pencipta dan Dewa Bulan sebagai pelindung.
"Apa aku boleh bertemu dengan Dewa Bulan"
"Saat ini kau masih terlalu muda"
"Tapi aku sudah lima ribu tahun Bu, kenapa aku tidak boleh meninggalkan kastel ini?"
"Saat Acatia dewasa, kau boleh pergi ke mana pun yang kau suka, kau juga boleh mengunjungi kastel Dewa Bulan"
"Kapan aku akan dewasa?"
"Sepuluh ribu tahun lagi"
"Itu masih sangat lama bukan?"
"Tidak, apa kau tahu, di bumi waktu berjalan jauh lebih lama"
"Bumi? Apa itu tempat yang sangat jauh?"
"Ya, itu adalah tempat di mana tidak ada makhluk abadi seperti kita"
"Aku juga ingin pergi ke bumi"
Sang Dewi tersenyum, dia adalah nimfa pohon, putri dari Dewa penjaga gerbang kegelapan yang menikah dengan Ater, Dewa Kegelapan, dia diberkati dengan kekuatan kedamaian dan keberkahan dan mendapat julukan sebagai Dewi Althea.
"Oleh karena itu putriku, kau harus hidup abadi, dengan begitu kau bisa mengunjungi semua tempat yang kau sukai"
"Tentu Ibunda, bagaimana dengan kerajaan matahari?"
"Tidak putriku, kecuali alam matahari, kita tidak boleh terlibat dengan mereka. Apa kau mengerti?"
"Karena mereka membenci kegelapan?"
"Benar, karena mereka membenci kegelapan"
Acatia mengangguk, dia seorang Dewi kecil yang sangat pintar. Bahkan namanya kerap menjadi perbincangan bukan karena dia putra dari penguasa kegelapan, melainkan karena pesonanya, mereka menjuluki Acatia sebagai kunang-kunang kecil.
Itu adalah awal dari munculnya legenda sang Dewi Acatia, dibalik kelahirannya tersimpan garis takdir yang sangat luar biasa.
"Apakah Ayah akan pergi ke kastel Dewa Bulan?" dia bertanya pada Ater yang telah bersiap menunggangi Aethon, naga hitam kesayangannya.
"Bolehkah saya ikut, Ayah?"
Ater menatap putrinya yang tampak begitu bersemangat mengikutinya. "Apakah Ibumu setuju?"
"Ya, Ibunda mengatakan saya boleh pergi ke mana pun yang saya sukai"
Ater dengan jubah hitamnya menggendong putri kecilnya ke atas. "Kau aman bersamaku, tapi ingat Acatia, kastel "
"Baik Ayahanda"
Ater tidak tahu, jika keputusannya membawa Acatia hari itu adalah pintu pembuka takdir menyedihkan yang akan terjadi di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
