Angin yang Kehilangan Arah

2K 339 43
                                        

Ktoplak...ktoplak. Pria itu langsung kembali ke kastel setelah mendapatkan kabar kedatangan kardinal Calypso datang membawa sebuah dokumen penting yang berhubungan dengan Elizabeth.

Dia kembali dalam keadaan basah oleh keringat. Tidak peduli sudah berapa lama dia menyusuri setiap distrik, hingga bersiap untuk menyeberangi perbatasan untuk mencari keberadaan istrinya.

Guild informasi yang dia pekerjakan belum memberikan kabar apa pun. Elizabeth seperti seekor burung yang terbang dengan begitu bebasnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Archie untuk mendapatkan informasi dari wilayah kekaisaran, namun di sana juga belum ada tanda atau jejak keberadaan Elizabeth.

"Yang Mulia, Anda sudah tiba" Karl langsung menyambutnya, dengan perasaan gelisah, kastel yang megah itu dipenuhi dengan nuansa yang suram semenjak kepergian Elizabeth.

"Di mana tamunya?"

"Ada di paviliun tamu Yang Mulia"

Dia memberikan jubahnya yang basah itu pada Karl, semalam hujan tidak berhenti di wilayah itu, semua orang sedang berbahagia setelah melewati kemarau yang cukup panjang kala itu. Namun, sang penguasa wilayah justru di selimuti kesedihan.

Kardinal Calypso berdiri begitu mendengar langkah yang begitu tegas memasuki ruangan itu.

"Yang Mulia—semoga berkah Dewa Arche selalu menyertai Anda"

Kardinal Calypso berdiri anggun di hadapan Grand Duke, mengenakan sutanna merah yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Wajahnya teduh namun penuh wibawa, seakan membawa ketenangan dan otoritas yang tak tergoyahkan. Dia adalah orang kepercayaan yang dikirim langsung oleh Paus Agung.

Jubah panjangnya berkilauan samar di bawah cahaya lilin yang temaram, dengan zucchetto merah yang tersemat rapi di atas rambutnya. Ia membungkukkan kepala dengan hormat, tangan bersilang di depan dada, memancarkan aura kesucian dan kekuatan spiritual, sementara Grand Duke menatapnya dengan ekspresi serius.

"Kardinal Calypso, dokumen penting apa yang ingin Anda berikan padaku?"

"Ah..." dia tidak begitu terkejut ketika Archie langsung berbicara ke intinya.

"Mohon maafkan keterlambatan saya datang menemui Anda, karena hari ini adalah tenggat waktu yang sudah ditetapkan oleh Nyonya Grand Duchess, itulah yang disampaikan oleh paus Agung."

"Tenggat waktu? Apa yang Anda katakan"

"Silakan Anda lihat dulu dokumen ini" dia kemudian memberikan dokumen yang ia letakkan di atas meja.

Pria itu dengan cepat memastikannya, sebenarnya apa yang Elizabeth berikan kepada pihak kuil. Sudah jelas, wanita itu telah mempersiapkan segalanya sebelum dia memutuskan untuk melarikan diri.

Archie membelalak, dia tidak bisa menyembunyikan rasa tidak percaya yang sangat besar setelah membaca dokumen berwarna cokelat itu.

"Apa-apaan semua ini!" dia melempar dokumen itu hingga lembarannya tersebar ke lantai. Calypso terkejut, dia tidak mengira Archie akan begitu marah.

"Nyonya memutuskan untuk mendonasikan sebagian dari uang pribadinya untuk kuil dan panti asuhan yang berada di bawah naungan kuil suci, itu telah disetujui oleh Paus Agung" Kardinal mencoba menegaskan bahwa keputusan itu memang Elizabeth sendiri yang menginginkannya.

"Lalu, apa maksud ini semua—kalian menyetujui sebuah perceraian!"

"Nyonya sendiri yang memohon, jika permohonannya tidak dikabulkan, dia akan mengajukan gugatan pada hakim kekaisaran"

"Bukankah kalian sendiri yang menetapkan hukum pernikahan, sumpah yang telah dilakukan di hadapan Dewa tidak bisa diputuskan begitu saja!"

"Benar, namun Nyonya memberikan alasan yang masuk akal kenapa pernikahan kalian tidak dapat dilanjutkan lagi"

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang