"Elizabeth..."
Lagi-lagi suara itu muncul, suara yang terdengar seperti dirinya dalam versi dewasa.
"...keluarkan aku dari ruangan gelap ini"
"Elizabeth, apakah kau masih menginginkan kematian?"
"Ya. Jika kau tidak bisa mewujudkannya, enyahlah!"
"Bukankah ada hal lain yang kau impikan? Seperti kasih sayang?"
"Tidak."
"Ya, kau menginginkannya."
"Apa kau mengintip alam bawah sadarku?" Elizabeth tampak kesal karena dia terus mendengar suara yang selalu mengatakan jika dirinya adalah Elizabeth.
"Apa tidak adakah sesuatu yang bisa menahanmu dari kematian?"
"Tidak ada."
"Bagaimana dengan hatimu? Apakah tidak ada yang kau inginkan?" dia terus mengulangi pertanyaan yang sama, berputar-putar membuat terngiang di kepala Elizabeth.
"Sudah kukatakan tidak ada!"
Mendadak suara itu menjadi semakin dekat, seakan berada persis di samping telinganya.
"Jika kematian adalah akhir bagimu, maka tidak ada gunanya pengorbanan yang selama ini telah kamu lakukan."
"Pengorbanan apa? Aku tidak berkorban apa pun, bukan aku yang berkorban tapi Elizabeth, dialah yang seharusnya berada di posisi ini"
"Ya, memang, dia sudah berada di tempat seharusnya. Elizabeth, harapan terbesarmu akan terwujud kali ini."
"Harapan terbesarku adalah kematian. Itu saja"
"Pengorbanan ribuan kehidupan, tidak akan menjadi sesuatu yang sia-sia"
"Apa maksudnya dengan ribuan kehidupan?"
Tidak ada jawaban apa pun lagi, hening. Perlahan tubuhnya menjadi sangat ringan, dia sudah kembali ke dunia nyata.
"Nyonya?"
"Nyonya?"
"Ah..." Elizabeth merasakan pegal di lehernya, begitu terbangun dia sudah berada dalam posisi duduk, di hadapan sebuah cermin perunggu.
"Nyonya? Anda pasti sangat kelelahan setelah berlatih memanah seharian penuh kemarin" Abel masih terlihat sibuk dengan aksesoris yang akan dia pasangkan di rambut Elizabeth yang sudah tersisir.
"Aku ingin polosan saja Abel" Elizabeth buru-buru menghentikan Abel memakaikan hiasan rambut yang mencolok padanya.
"Hanya pita saja Nyonya?"
"Ya, aku tidak ingin terlihat begitu menonjol di sana"
"Tapi saya ingin membuat Nyonya menjadi wanita paling cantik di area perburuan nanti"
"Abel tahu aku tidak suka memamerkan diri, aku lebih suka memamerkan kemampuanku, tapi sayang, aku belum bisa menaiki kuda"
Berburu bukan hanya sekedar memanah, tapi juga harus menguasai medan, Elizabeth belum bisa menaiki kuda, dia seperti seekor kelinci yang kesulitan saat menaiki kuda yang ukurannya dua kali lipat, tidak, mungkin empat kali lipat dari besarnya.
"Nyonya, Anda tampak begitu nyenyak tadi, jika Anda merasa lelah bagaimana jika Anda istirahat saja hari ini?"
"Tidak Abel, aku cukup penasaran bagaimana festival berburu itu"
"Ah baiklah tapi tolong tetap berada di dalam tenda yang teduh"
"Hng, baiklah Abel" Elizabeth mengiyakan agar Abel lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
