"Abel, kamu masih cemas?"
"Nyonya tolong maafkan kelalaian saya dalam menjaga Anda"
"Kenapa kau masih memikirkannya"
Dia masih gelisah rupanya. Aku malah sejak tadi fokus pada kereta kuda yang kunaiki, desainnya jauh lebih mewah dari pada yang kunaiki sebelumnya.
"Jangan takut Abel, di luar ada puluhan kesatria yang mengawal kita"
"Nyonya muda bagaimana bisa Anda selalu terlihat tenang seperti ini"
"Bisa saja, saat kau sudah pernah melewati banyak sekali hal dalam hidup. Hal seperti kemarin bukanlah apa-apa"
Abel tampak tertegun mendengar ucapanku barusan.
"Nyonya muda, terkadang saya berpikir jika Anda jauh lebih dewasa dibandingkan usia Anda"
"..."
Memang, jika aku masih hidup, aku mungkin sudah menikmati masa-masa 22 tahun yang penuh dengan tekanan. Sama seperti lagu dari penyanyi favoritku di sana, Taylor Swift yang berjudul 22, ada tiga baris kata dalam lirik yang menjadi favoritku, I don't know about you, But I'm feeling 22, Everything will be alright.
Aku merasa seperti sedang dikejar waktu. Lucu bukan? Ketika mengetahui ajal sendiri, setiap hari, setiap detik, aku merasa seolah-olah sedang diburu-buru. Padahal aku hanya ingin bersantai, tapi jika aku terlalu santai aku hanya akan berakhir di penjara. Banyak hal yang harus kulakukan selain bermalasan di tempat tidur.
"Abel, apakah ini jalan menuju alun-alun kota?" aku bertanya setelah melihat papan penunjuk jalan bertuliskan 'Capitale Ethimos'.
"Benar Nyonya, akan ada dua persimpangan yang cukup terkenal di wilayah grand duchy ini, rute yang menuju ke Utara disebut rute dingin, dan jika menuju ke Selatan disebut rute hangat."
"Apa maksudnya Abel?"
"Rute dingin identik dengan kastel Grand Duke, saat orang-orang melewati jalanan ini mereka akan melihat kemegahan dari kediaman Grand Duke yang Agung, namun juga rasa takut terhadap beliau"
Ah, disebut dingin itu hanya kiasan rupanya.
"Lalu?"
"Untuk rute Selatan adalah jalan menuju alun-alun kota, tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling menyapa, di sana terdapat pertemuan, kehangatan dan keramahan yang dirasakan oleh orang-orang."
"Ah, begitu rupanya"
"Nyonya, apakah Anda tahu sebentar lagi akan diadakan festival untuk menyambut musim semi di sini, mereka menyebutnya sebagai Orage Floral Festival"
"Badai bunga?"
"Benar Nyonya, jalanan di sepanjang alun-alun kota akan dipenuhi kelopak bunga yang ditaburkan"
"Hmm sepertinya menarik. Sebelumnya aku hanya mendengar para pelayan di kediaman Count bercerita"
"Anda belum pernah melihatnya sekali pun?"
"Ya, aku tidak punya waktu untuk melihatnya" aku menghela napasku, aku bahkan tidak punya waktu untuk bersenang-senang ya.
Aku menatap langit yang perlahan berubah warna menjadi kekuningan, jauh lebih cerah dibandingkan musim dingin. Burung-burung mulai kembali ke habitat mereka. Tanpa sadar aku menghela napas untuk kedua kalinya, ah, sudah hampir satu musim aku berada di kastel itu.
"Nyonya, apakah Anda ingin melihat festival itu nanti?"
"Bolehkah?"
"Tentu saja, Grand duke muda pasti bersedia menemani Anda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
