'Ada apa dengan Grand Duke muda, kenapa dia jadi lebih kuat dari sebelumnya' pria dengan kulit kecokelatan itu tenggelam dalam keluh kesah di dalam hatinya, tubuhnya tampak lebih besar dari lawannya namun dia mulai kewalahan.
"Ada apa? Apa kau sudah menyerah?" Archie mengibaskan pedangnya ke udara, sampai kemudian ujung pedang yang runcing itu sudah mendarat di kerongkongannya.
'Energinya luar biasa sekali, dari mana datangnya energi yang tiada habisnya ini.'
"Apa hanya segini kekuatanmu? Kau tidak layak mendapatkan gelar kesatria Lance, kau harus lebih banyak berlatih Ormond yang akan melatihmu."
"Master, bagaimana kekuatan Anda tidak ada habisnya" Dia tampak kecewa, namun menerimanya dengan lapang dada seperti seorang kesatria. Pria muda itu melempar pedangnya, dia memberi penghormatan atas rasa kagumnya terhadap kemampuan Archie yang bukan hanya muncul dari rumor belaka.
"Saya mengaku kalah Master, Anda luar biasa."
Archie mengambil jubahnya, dia berjalan menuju kerumunan para penonton yang masih bersorak itu.
"Permainan dimenangkan oleh Grand Duke Muda kita."
Elizabeth bisa melihat sosok itu menjadi semakin dekat dengannya, dia mengabaikan sekitarnya, pandangannya lurus pada gadis kecil dengan gaun cokelat muda yang berdiri seperti seekor semut di sekitar sekawanan kuda jantan.
Archie menarik Elizabeth dari kerumunan itu, dia tidak mengatakan apa pun, membuat gadis kecil itu terperangah. Alice yang membawanya ke tempat itu sontak panik karena dalam sekejap mata Elizabeth sudah dibawa kabur oleh Tuannya.
"Apa yang kau lakukan di sana?" Archie mengempaskan tangan Elizabeth begitu saja setelah berhasil menyeretnya.
"..." Elizabeth menatap rerumputan hijau yang dipijaknya, dia memikirkan sesuatu yang lain.
"Eli!" Archie menyadari bahwa pikiran Elizabeth tidak sedang berada di sana saat ini dia mengeraskan suaranya hingga gadis kecil itu terlonjak.
"Archie apakah seragam prajurit Lance belum memiliki pin pengenal untuk membedakan pangkat mereka?"
"Apa sih yang kau katakan. Kau tidak menjawab pertanyaanku tapi malah memikirkan orang lain?"
Elizabeth sejak tadi mengamati jika pangkat mereka dibedakan berdasarkan warna pita yang diikatkan pada lengan mereka, namun pita tidak akan tahan lama dan mudah sekali robek. Elizabeth memikirkan sebuah desain untuk para prajurit itu.
"Ah Archie bertanya kenapa aku datang? Aku datang untuk melihatmu." Elizabeth menjawabnya setelah tiga kali pertanyaan dan kepala Archie yang sudah dipenuhi asap panas.
"Apa kau senang? Dikerumuni banyak orang seperti itu, apa kau merasa senang?"
"Tidak." Elizabeth menjawab prasangka buruk Archie dengan santai, memang dia tidak pernah tersinggung dengan hal sepele semacam itu.
"Jangan berbohong. Aku bisa melihatnya."
"Memangnya kenapa jika aku senang? Apakah Archie merasa terganggu melihat orang lain bahagia?"
'Apakah dia benar-benar mempermasalahkan hal semacam itu? Apa masalahnya jika aku senang atau tidak senang? Apakah seorang antagonis tidak boleh memiliki kesenangan?' Elizabeth mulai mempertanyakan sikap Archie di dalam pikirannya.
'Dasar bocah, badannya saja yang kekar, tapi pikirannya masih bocah.' Dia mengutuk sikap Archie yang selalu saja memperdebatkan hal yang tidak penting.
"Archie ada yang ingin kukatakan"
"Apa kau ingin mengalihkan inti pembicaraan?"
"Memang apa intinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
