Surat yang Kau Tinggalkan

2.2K 310 36
                                        

'Apa kau sudah membaca suratku Julie? Jika kau membaca suratku artinya aku sudah berhasil meninggalkan tempat itu. Julie, tolong maafkan sifat keras kepala dan keegoisanku. Ini murni keputusanku untuk pergi meninggalkan semua yang sejak awal memang tidak ditakdirkan untuk menjadi milikku.

Kau mungkin berpikir alasanku pergi karena kalian merasa kurang memperlakukan dengan baik. Tidak, tolong jangan berpikir seperti itu. Jujur saja, itu adalah pertama kalinya aku merasakan sebuah kehangatan keluarga yang tidak pernah kudapatkan sebelumnya. Kalian begitu baik padaku. Apa kau tahu Julie? satu-satunya penyesalan dalam hidupku ini adalah, aku terlambat bertemu dengan kalian.

Julie, ini adalah pilihanku, jadi jangan menyalahkan dirimu atau siapa pun. Termasuk Archie. Tidak ada yang salah dalam hubungan kita, hanya saja aku merasa kastel bukanlah tempat yang cocok untukku. Aku menyukai kebebasan.

Tolong bantu aku sampaikan pada Archie, katakan dia harus menepati janjinya. Dia pasti akan mengerti apa yang kau katakan...janji yang sudah kami berdua buat sejak awal pernikahan.

Lalu untuk Abel, katakan bahwa aku sangat menyayanginya, dia sudah seperti kakak untukku. Kuharap kalian semua selalu sehat dan bahagia.

Terima kasih Julie...untuk segalanya'

Dadanya terasa sesak, Archie meremas kertas itu dengan kasar. Kemarahan dan kebingungan menghantam pikirannya. Membaca surat yang Elizabeth tinggalkan untuk Julie menimbulkan tanda tanya besar dalam kepalanya. Dia masih belum puas, seperti dahaga yang tidak pernah berkesudahan. Dia ingin terus membacanya sampai pertanyaan itu terjawab.

Dia terduduk lunglai di perpustakaan, tanpa siapa pun. Begitu mendengar kebenaran jika Elizabeth melarikan diri, dia langsung memastikan dengan mata kepalanya sendiri. Memang benar, kunci yang hanya diketahui oleh penerus keluarga itu tentang bagaimana cara membuka lorong rahasia di dalam perpustakaan. Hanya ada satu buku di antara ratusan buku yang berjajar, dan Elizabeth mampu menemukannya.

Buku dengan kode tersendiri yang tidak semua orang bisa memecahkan. Archie menjadi semakin yakin, jika Elizabeth memang menyembunyikan sebuah rahasia tentang kehidupannya. Dia kembali teringat hari ketika wanita itu menyarankan sebuah kontrak perjanjian pranikah. 

"Apakah sejak awal dia sudah mengetahui siapa aku? siapa pun aku di kehidupan sebelumnya, aku hanyalah Archie. Eli, aku adalah Archie. Jika benar karena alasan itu..." dia tidak bisa melanjutkannya, itu semua hanya asumsi yang belum tentu benar jawabannya.

"Bodoh. Seharusnya sejak awal aku tidak menyetujui perjanjian semacam itu" 

Archie menyesali pemikirannya saat itu, dia masih begitu muda, begitu pun dengan Elizabeth. Dia tidak mengira, Elizabeth akan terus menagih kesepakatan yang mereka lakukan, bahkan ketika Archie sudah mulai melupakannya, dia telah membakar surat perjanjian itu tanpa sepengetahuan istrinya.

"Eli. Kau benar, betapa egoisnya dirimu sekarang, namun—aku lebih egois lagi. Karena aku tidak akan mewujudkan keinginanmu. Di mana pun dirimu sekarang, aku pasti akan menemukanmu."

"Aku yang terlalu bodoh. Aku benar-benar bodoh. Argh..." ingatan kilas balik, hari ketika Elizabeth pertama kali menginjakkan kakinya di kastel muncul bak tayangan ulang sebuah pertunjukkan yang begitu jelas di kepalanya.

'Dulu aku membenci mata ungunya, namun sekarang, itu adalah warna mata tercantik yang ingin selalu kulihat sepanjang hidupku.'

"Tidak Eli, meski harus menghabiskan sepanjang hidupku untuk mencarimu, aku akan melakukannya. Aku pasti akan membawamu kembali."

Udara di sekitarnya menjadi semakin berat, dadanya sesak oleh penyesalan yang menggigit dalam. Matanya menatap kosong pada lorong yang gelap itu. Lorong yang berakhir tepat di hutan tempat yang memang dipersiapkan untuk pelarian jika terjadi perang yang membahayakan keluarga Everard. Namun siapa yang mengira, jika lorong itu malah menjadi tempat pelarian dari wanita yang dia cintai.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang