Jamuan Teh Pertama

6.7K 1K 33
                                    

Perjamuan minum teh.

Aku merasa tidak sabar ingin bertemu dengan wajah-wajah Nona bangsawan yang belum pernah kutemui. Ini mungkin pertama kalinya aku keluar dan bergaul dengan orang-orang di luar kastel.

Leticia Emerson, entah kenapa aku memiliki firasat yang cukup baik tentangnya. Mungkin kesan pertama kudapatkan pada saat membaca isi suratnya yang sederhana, tanpa adanya pujian berlebihan.

Sebelum mempertimbangkan Leticia sebagai target pertamaku, aku sudah terlebih dahulu mencari tahu soal latar belakangnya melalui Abel, dia sudah pasti tahu banyak informasi dari mulut ke mulut.

Emerson adalah salah satu dari delapan keluarga Count termahsyur di Deimos, jika Count Ledger terkenal dengan keturunan mereka yang menguasai bidang akademik, maka Count Emerson terkenal dengan bisnis pangannya, ya, mereka memiliki peternakan dan pertanian mereka sendiri, sebagian besar susu dan gandum berkualitas di wilayah Deimos dikelola oleh keluarga Emerson.

Aku belum pernah mendengar nama Leticia, atau aku melewatkannya. Dia sepertinya tidak berhubungan dengan Elleanor—aku tidak ingat.

Sudah hampir dua jam aku berada di dalam kereta. Suara tapak kaki kuda yang teratur membuatku mengantuk. Tahan Elizabeth, jangan sampai aku mengacaukan riasan yang sudah dibuat dengan sepenuh hati ini.

"Nona, kita sudah tiba" suara nyaring milik Abel membuyarkan lamunanku.

"Sungguh"

Aku baru saja hendak menekan ibu jariku agar rasa kantukku hilang, tapi rupanya kami sudah tiba.

Kereta berhenti di depan sebuah kediaman mewah, dengan gerbang berhiaskan permata runcing di atasnya. Tidak heran, karena Count Emerson salah satu keluarga terkaya di Deimos.

Pintu kereta kuda terbuka.

Tampak seorang kesatria muda yang sedang menungguku keluar, dia mengulurkan tangannya untuk membantuku turun.

Abel sudah memberitahuku, dia adalah salah satu anggota termuda pasukan Lance. Meski pun tampangnya muda, jika mendengar kata Lance aku tidak boleh memandangnya sebelah mata. Jangan pernah remehkan kemampuan seseorang hanya dari fisiknya.

Aku melangkah menuruni kereta, sarung tangan putih yang kukenakan menyentuh tangannya yang besar. Grand duke yang mengirimkannya, dia menjamin keamananku selama aku berada di luar.

"Sir Jean, terima kasih, saya akan masuk sekarang" aku merasa jika kesatria ini mencoba untuk ikut masuk bersamaku.

"Nyonya, saya ditugaskan untuk selalu berada di dekat Anda"

"Sir Jean ingin masuk? Tapi saya bersama dengan Abel, jadi tidak masalah. Sir Jean tunggulah saja di sini"

"Saya akan menjaga jarak dan tidak akan mengganggu waktu Nyonya"

"Hng—aku hanya akan bertemu dengan Nona seusiaku, tidak mungkin terjadi sesuatu yang berbahaya di sana, benar?"

"Maaf Nyonya" dia tidak mendengarku, ya, memang tidak ada salahnya berjaga-jaga, tapi aku khawatir kehadirannya menimbulkan rasa tidak nyaman dari Nona bangsawan di dalam.

Bisa saja mereka berpikir aku meragukan keamanan kediaman ini, tapi ya sudahlah, aku tidak ingin membuat kesatria ini bingung, tugas tetaplah tugas baginya.

Lihatlah ekspresinya yang datar itu. Sepertinya hampir sebagian besar penghuni Kastel Cassiopeia memiliki wajah datar tanpa ekspresi.

"Baiklah, silakan ikuti saya. Ayo Abel" aku memberi isyarat pada Abel untuk berjalan lebih dekat denganku.

Kenapa aku merasa Abel terlihat gugup berada di dekat Sir Jean? Hmm...wajar juga, wanita normal mana yang tidak akan gugup berada di dekat pria tampan.

Aku benar-benar harus mulai terbiasa dari sekarang. Semua keistimewaan yang tampak terasa mengekang ini.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang