Di Luar Rencana

1.3K 205 33
                                    

"Apa kau pernah memikirkanku sekali saja, setelah kematianku?"

"Sungguh malang, dia bahkan tidak tahu, jika Dewa Arche menentang kehendak Dewa Takdir dan Kehidupan karena dirinya" Noct berpikir sembari mendengarkan para dewa itu saling beradu argumen.

Dia sungguh menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak akan pernah dia dapatkan jawabannya di dunia. Akan tetapi dewa menyaksikan dan tahu akan jawaban yang manusia itu lontarkan. Mereka juga yang menjadi saksi dari kehancuran yang sebenarnya.

"Apakah kalian tahu dewa sangat membenci manusia yang mengakhiri hidupnya sendiri? Tapi bagaimana jika dewa sendiri yang melakukannya?" itu adalah pertanyaan yang muncul pertama kali sebelum mereka memulai pembicaraan menyangkut dunia fana.

"Maka dia harus menjalani karma dari perbuatan tercelanya itu, melangkahi Dewa Takdir sama saja dengan dosa"

"Ya, tapi bagaimana dengannya? Selama enam kehidupan yang sudah dijalaninya, dia selalu berakhir melawan kehendak dewa takdir."

"Entah lah, jika pada kehidupan kali ini dia gagal melewatinya—maka dia harus mengulang kembali kehidupan"

"Apakah hatimu sungguh tidak tergetar? Dewa Ater? Melihat penyesalan yang dirasakan Dewa Arche?"

"Penderitaan yang dirasakan Acatia jauh lebih berat darinya."

Saat itu di istana kegelapan, Ater bersama kelima dewa kepercayaannya sedang berkumpul di paviliun kastel kegelapan. Obrolan yang tidak pernah terlepas adalah kekosongan takhta di kastel Rembulan yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Hingga karma yang harus dijalani oleh dewa yang berdosa.

"Bukankah ujian yang dilalui oleh Dewa Arche sudah cukup membuktikan perasaannya yang sebenarnya? Terlebih kutukan yang Dewa Ater berikan sudah lebih dari cukup untuk menyiksanya" Dewa bintang, Astel yang selalu menilai dari berbagai sudut pandang menganggap sikap Ater kurang bijaksana karena dia masih terus menyimpan dendam kepada Arche.

"Itu tetap tidak sebanding dengan pengorbanan putriku untuknya."

Mereka sudah tahu, jika menyangkut Acatia tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh pemikiran Ater. Dia sangat mencintai putrinya. Sebagian Dewa menganggap keturunan tidak begitu penting, namun berbeda dengan Ater dan istrinya.

Kutukan rasa sakit yang ditanamkan adalah sumpah yang diberikan oleh Ater sebelum kematian Arche. Kemarahan Ater setelah kehilangan Acatia membuatnya tidak sadar telah mengeluarkan sumpah itu, menurut cerita sejarah jika kutukan itu berasal dari Dewa Aten, namun pedang yang berisi kutukan rasa sakit telah dihadang oleh Acatia. Hingga dia yang harus mengalami rasa sakit di tempat di mana pedang itu terhunus.

Mereka yang salah paham, mengira bahwa Dewa Takdir murka pada Arche karena dia terlibat dalam perang besar alam langit, Dewa Takdir tidak buta. Dia tahu jika Arche berada dalam pengaruh ikatan takdir yang mampu menghipnotis siapa pun. Ada satu hal yang memicu kemarahan Dewa Takdir, Arche seharusnya tidak terjerat hukuman dunia fana, akan tetapi dia harus menjalani hukuman itu karena melangkahi takdir kematian yang sudah ditentukan. Ya, dia mengakhiri hidupnya sendiri setelah perang berakhir.

"Namun Dewi Acatia terlibat hukuman dunia fana juga karena sumpahnya sendiri bukan? Jadi kenapa Anda masih menyalahkan Arche?" Dewa bintang mengingatkan kembali bahwa Acatia sendirilah yang telah bersumpah hingga takdir mereka berdua pun terus terikat.

"Bahkan dengan sukarela menghadang pedang itu demi Arche, bukankah Acatia sendiri yang melakukannya?"

"Karena itulah, aku tidak akan membiarkan putriku bertindak bodoh untuk kesekian kalinya. Aku tidak membenci Arche. Aku hanya berusaha melindungi Acatia."

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang