Benang yang Telah Kusut

1.5K 257 29
                                    

Di tengah malam yang sunyi, dua orang asing itu diam-diam saling bertemu di sebuah labirin, agar jauh dari rasa penasaran orang. Tanaman rambat yang lebat menjulur dari dinding-dinding batu tua, menciptakan lorong-lorong hijau yang berkelok-kelok dan membingungkan. Sinar rembulan yang pucat menembus celah dedaunan, memancarkan cahaya perak lembut yang menyinari jalanan yang tidak rata.

Di suatu sudut tersembunyi yang jarang dijamah, di bawah naungan rimbun tanaman merambat, dua sosok itu tampak saling menatap, cukup lama dalam keheningan yang diiringi suara serangga malam.

Mereka berdiri dekat, kemudian salah satunya mulai berbisik dengan suara yang nyaris hilang ditelan angin malam. Wajah mereka sebagian tertutupi bayangan, tetapi mata mereka bersinar dengan harapan dan rahasia yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Atmosfer di sekitar mereka terasa tegang dan penuh misteri, seolah labirin ini menjadi saksi bisu atas pertemuan terlarang itu.

"Anda sangat berani Yang Mulia, mengundang seorang Nona muda untuk datang melalui surat rahasia"

Elleanor tidak menyangka, Ezekiel akan mengirimkan sepucuk surat ke kamarnya dengan berani memintanya untuk bertemu di malam hari.

"Apakah itu sebuah pujian? Jika iya, Anda juga sangat berani dan nekat Nona, karena telah datang memenuhi undanganku. Kenapa Nona datang? Bisa saja Nona memilih untuk mengabaikannya saja"

"Karena—saya tahu Anda akan terus mencoba mencari cara untuk bertemu dengan saya"

Pria itu menyeringai, dia tampak puas dengan jawaban Elleanor. "Nona wanita yang cukup cerdas"

"Kenapa Anda tertarik dengan saya yang hanya wanita dari kasta rendah ini, Yang Mulia?"

"Apakah Nona Elleanor benar-benar sedang merendah, atau ingin mendapatkan pujian langsung dariku?"

"Saya benar-benar merasa rendah. Itu sebabnya, jika tidak ada yang ingin Yang Mulia sampaikan kepada saya, saya pamit undur diri"

"Alina" panggil pria itu, yang sontak mengundang keterkejutan dari ekspresi Elleanor.

"Sepertinya nama itu sudah tidak asing lagi bagi Nona ya?" lagi-lagi, Ezekiel seakan merasa puas, terkaannya tepat sasaran.

"Kalau begitu apakah Nona lupa pada tujuan Nona di dunia?"

"Siapa Anda?"

"Aku? Penguasa matahari"

"...'

"Kenapa? Nona terkejut? Atau sebenarnya Nona sudah tahu sejak awal"

Elleanor dengan cepat mengalihkan pandangannya. "Sejak kapan Nona mengingatnya?"

"Apa maksud Anda?"

"Katakan saja dengan jujur. Sejak kapan kau ingat, siapa dirimu?" nada bicaranya berubah, menjadi lebih serius dibandingkan sebelumnya.

Elleanor seperti terjepit di dalam situasi yang cukup meresahkan, dia tidak bisa menghindar, dia juga tidak tahu sosok di hadapannya adalah musuh atau kawan.

"Ada seorang pendeta tua di kuil saya, dia menceritakan sebuah cerita tentang Dewa dan Dewi" dia tidak langsung menjelaskan secara rinci, dia belum berani menceritakan salah satu alasan kenapa dia bisa mengingat begitu banyak kehidupan masa lalunya.

"Apakah Nona tidak penasaran denganku?"

"Bagaimana Yang Mulia bisa mengatakan sesuatu yang ambigu—ah maksud saya, Anda mengatakan sesuatu yang sulit untuk dipahami orang lain"

"Tapi Nona pasti paham? Karena Nona sama sepertiku."

"..."

Elleanor mengingat kenangan masa kecilnya, sebenarnya, saat kecil dia berada di bawah pengasuhan seorang pendeta tua, dia satu-satunya orang yang memandangnya bak melihat seorang dewi. Pendeta itu begitu menghormati Elleanor. Pendeta itu terus menceritakan kehidupan masa lalu yang terdengar seperti sebuah dongeng di telinga orang awam, itu sebabnya dia dijuluki sebagai pendeta tua gila.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang