Batu Amethyst

9.4K 1.1K 15
                                        

*Archie membenci mata berwarna ungu itu. Mata langka yang selalu di agung-agungkan oleh rakyat wilayah Deimos dan dianggap sebagai penyelamat bagi Everard. Dia membenci keangkuhan yang tersorot dari matanya.

"Dia pasti merasa sangat berjasa bagi negara ini" gumam bocah laki-laki itu sembari meletakkan pedang kesayangan yang selalu dibawanya saat berburu monster.

Semua berawal dari sikap sewenang-wenang keluarga Morpheus, karena mata yang dianggap istimewa itu mereka bertingkah layaknya penguasa. Menganggap kalau diri mereka di atas segalanya.

Count Morpheus dengan sangat licik memonopoli pertambangan batu bara, mereka beranggapan hal itu belum sepadan dengan bayaran mereka yang telah menyerahkan keturunannya kepada keluarga Grand Duke. Berdasarkan rumor yang beredar, Count Morpheus juga mendalangi perdagangan budak ilegal di wilayah Deimos. Masih ada banyak sekali jejak kejahatan dari keluarga itu yang diam-diam ditelusuri oleh Archie.

Namun sebagai calon pemimpin Everard masa depan, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Jika keluarga Morpheus dihilangkan, maka keturunan Everard juga ikut musnah, simbiosis mutualisme yang terjalin di antara mereka tidak mudah untuk diputuskan begitu saja.

Sebelum membenci keluarga Morpheus, Archie lebih membenci kutukannya, karena semua bermula dari kutukan itu. Dia selalu bertanya-tanya, jika yang berbuat salah adalah Dewa, lalu kenapa keturunan yang tidak bersalah ikut terkena hukuman. Lucu sekali pikirnya.

"Mata itu terlalu cantik dan jernih untuk keluarga Morpheus, dia pandai menyembunyikan niat busuknya" Archie mendesah, dia dipenuhi dengan rasa skeptis yang bergejolak.

Keluarga Morpheus yang serakah tidak pantas mendapatkan keistimewaan itu. Dia penasaran Dewa mana yang salah menurunkan mukjizatnya pada keluarga itu. Archie terus terjaga, entah sudah berapa banyak dia berganti posisi.

Dia mencoba untuk tidur. Lengannya yang berotot menekan rambut depannya yang berantakan. Aroma darah monster masih melekat pada kulit luarnya, padahal dia telah membasuhnya dengan air yang dicampur wewangian, namun aromanya tak kunjung hilang.

Aneh, ada yang mengganggu pikirannya saat ini dan itu masih tentang sosok yang sama. Dia mulai terusik pada sorot mata yang tak gentar meski Archie mencoba mengintimidasinya dengan tatapan tajam yang menjadi andalan.

Itu adalah kesombongan. Elizabeth begitu angkuh karena berani menatapnya dengan ekspresi tenang. Archie merasa terhina dengan sikapnya yang seperti itu.

Dia mulai memikirkan soal posisi Grand Duchess yang mungkin saja disinggahi olehnya, baginya posisi itu hanya milik mendiang Ibunya saja, tidak ada yang bisa menggantikan posisi wanita nomor satu di kastel ini.

"Mereka semua tidak berbeda, aku tidak boleh lengah." Dia menyamakan semua keturunan Morpheus, Archie teringat dengan pepatah kuno yang dia baca di dalam buku pengenalan sihir 'tidak ada yang sesuatu yang bersifat prodeo di dunia ini'

Maksud dari pepatah itu adalah, jika manusia menginginkan sesuatu, maka dia harus membayar dengan sesuatu yang nilainya setara. Archie mendapatkan darah, maka dia harus membayar dengan sesuatu yang dia miliki.

Tok...tok...tok

Dia yakin hanya Karl yang berani mengetuk pintu kamarnya saat malam hari. Pelayan lain akan gemetar jika melakukan hal yang hanya bisa dilakukan oleh Karl saja.

Karl sudah sangat paham dengan isyarat yang diberikan oleh tuan muda yang telah ia layani sedari kecil itu, dia masuk setelah mendengar gerakan kasar dari dalam.

"Tuan muda, saya membawakan teh untuk membantu menenangkan tubuh Anda yang lelah seharian ini"

"Ya, letakkan saja di tempat biasanya"

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang