Aku pernah membaca sebuah buku psikologi tentang ingatan manusia yang baru dimulai sejak usia mereka 2 tahun. Ada alasan mengapa seperti itu, yang jelas karena saraf yang mengatur kenangan di otak manusia pada saat bayi masih belum terbentuk sempurna. Belum ada penelitian relevan tentang saraf yang menghubungkan ingatan antar kehidupan.
Aku mencari hampir di semua perpustakaan besar di kota, buku-buku psikologi terbaru hingga yang paling kuno. Tidak ada satu pun kasus seperti diriku. Jika aku mendatangi dokter, aku sudah yakin mereka akan mendiagnosisku menderita skizofrenia karena ada pemicu untuk itu yakni depresi yang kualami akibat keluargaku.
Ingatan masa lalu pertamaku muncul saat usiaku 8 tahun, ya, hampir sama ketika aku memasuki tubuh Elizabeth, awalnya aku mengira jika aku gila.
Kehidupan pertamaku yang kuingat, aku adalah seorang anak dari pejabat Kolonial Belanda yang datang untuk menjajah Indonesia, namaku Lady Antonina.
Nasib tragis yang sama hanya latar waktunya yang berbeda, aku berakhir mati karena kanker lambung yang menggerogotiku.
Namun—ada juga bagian mimpi yang terpotong, aku mati karena tertusuk bambu runcing saat berusaha melindungi seseorang. Mimpi itu samar, membuatku tidak begitu yakin dengan ingatanku semasa hidup menjadi Antonina.
Pada saat itu aku menceritakannya pada Ibu, namun dia hanya tertawa dan menyuruhku untuk menjadi seorang pendongeng saja. Saat itu aku masih sangat lugu, menganggap tawa Ibuku adalah bentuk kalau dia mempercayaiku.
Aku pun mulai menceritakan mimpi-mimpiku pada teman di sekolah. Anak SD memang mudah percaya pada khayalan, tapi aku tidak belajar dari kesalahan. Saat duduk di bangku SMP, aku menceritakan itu pada teman baikku. Dia bilang percaya pada ucapanku, ya, tapi apa yang terjadi di belakang?
"Dia sudah gila, masa katanya dia pernah terlahir menjadi anak seorang penjajah Belanda"
"Hei, kenapa kau masih mau berteman dengannya sih, jauhi saja anak seperti itu, bisa-bisa kau tertular virus gilanya"
Aku mulai dikucilkan. Ya, aku tidak bisa menampik jika semua berawal dari kecerobohanku sendiri.
Desas-desus itu pun mulai tersebar, guru memanggil orang tuaku. Aku ingat untuk pertama kalinya dalam hidupku, menginjakkan kaki di rumah sakit jiwa untuk bertemu psikiater.
Saat itu hanya pengasuhku saja yang setia menemani, mereka? Ya, mereka sibuk dan malu datang membawa anak mereka memeriksakan kejiwaannya.
"Nona Aneesa tidak dinyatakan mengidap penyakit kejiwaan, hasilnya negatif" itu adalah kalimat penutup yang dikatakan oleh dokterku.
Sejak hari itu aku berhenti menceritakan soal mimpi mau pun ingatanku pada semua orang. Aku menyimpannya rapat, aku tidak ingin terpaku pada hal itu lagi atau aku akan benar-benar berakhir di rumah sakit jiwa.
Lalu sekarang semuanya terbukti benar, bukan aku yang gila, tapi takdirku yang gila. Ketika rohku tiba-tiba saja terlempar ke dalam novel. Jauh lebih tidak masuk akal dibandingkan cerita tentang aku yang dulunya terlahir sebagai anak Kolonial Belanda.
"Kembalilah ke asalmu, Aneesa"
Suara itu masih terus mengusik pikiranku, sebenarnya itu suara siapa? Lalu tempat asalku ada di mana? Di sini? Atau ada dunia lain lagi? Aku benar-benar bingung kenapa aku terus terlempar dari satu dunia ke dunia lain.
"Nona, bagaimana dengan aroma pewangi ini, apakah Nona menyukai aromanya?" suara pelayan itu membuyarkan lamunanku.
Dia Abele, wanita ini terlihat masih sangat muda dibandingkan Julie. Dia adalah tangan kanan Julie yang dipercaya untuk membantuku ketika dia sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Исторические романыWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
