Rapsodi Kesedihan

2.3K 335 10
                                    

Alur dalam cerita ini fiksi, tidak berkaitan dengan sejarah apa pun khususnya masa kolonial Belanda, tokoh yang diambil adalah fiksi. Mohon kebijakan pembaca~

____________

"Tuan kita masih harus melakukan inspeksi ke distrik tiga belas" Jade, pemimpin pasukan Nyx memberi arahan halus pada Archie yang tampak terburu-buru ingin segera kembali ke kediaman.

"Ru, pergilah bersama Jade menginspeksi distrik tiga belas, jika ada sesuatu yang mencurigakan segera laporkan padaku." Dia memberi instruksinya pada Rudolf.

"Tuan, apakah Anda ingin kembali seorang diri?"

"Ya, jangan khawatirkan aku." Dia menyarungkan pedangnya, kemudian menarik pelana menuju arah yang berlawanan dengan yang ingin dituju kelompoknya.

Dia pergi secepat kilat, kudanya yang begitu patuh mengerti keinginan Tuannya.

"Apakah Anda tahu apa yang terjadi dengan beliau?" Jade bertanya pada Rudolf karena dia yang paling akrab dengan Archie.

"Ayo pergi" Rudolf tidak menanggapi pertanyaan Jade, baginya apa pun yang berhubungan dengan Archie adalah rahasia. Meski pun dia sendiri pun penasaran apa yang membuat Archie tampak begitu terburu-buru kembali.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju distrik tiga belas, area yang masih dekat dengan kawasan hutan, tempat di mana warganya lebih banyak bekerja sebagai petani buah.

Archie sudah jauh meninggalkan rombongannya, entah apa yang dia pikirkan, namun yang terucap dari mulutnya berbeda dengan ketakutannya.

'Jika Margaret mempermalukannya di pesta. Apa yang akan dia lakukan, bocah lemah itu pasti hanya bisa diam tanpa membalas.'

Hyak! Dia menarik pelananya agar kudanya yang dia beri nama Lucian bisa berlari lebih cepat.

Sementara itu di dalam gerbong kereta kuda, Elizabeth menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, perlahan dia merasakan kantuk. Sampai akhirnya di luar keinginannya dia ditarik masuk ke alam mimpi, mimpi yang paling enggan dia lihat.

"Anthony, apa kamu benar-benar akan bertunangan?"

"Nina, bukankah sudah kukatakan jangan datang ke sini"

"Apa karena Ayahku—karena mereka menyelidiki Ayahku, Anthony kau tahu jika itu tuduhan palsu, Ayahku tidak mungkin mengkorupsi dana VOC"

"Nina—bisakah kau menunggu dengan tenang, tolong jangan datang ke sini."

"Menunggu apa? Apakah menunggu hari pernikahanmu? Saat ini usiamu sudah pantas untuk menikah, apa kamu tidak bisa bersama gadis yang lebih muda?"

"Nina."

"Tuan Anthony, keluarga Willem akan datang" saat itu butler datang, membawanya kembali masuk ke dalam mansion yang letaknya dekat dengan pelabuhan.

Antonina menatap pintu besar yang perlahan tertutup itu, dia menengadah ke langit yang semakin gelap.

"Apakah ini karma? Karena keluargaku merebut tanah orang lain, sehingga orang yang kucintai direbut dariku" dia mulai memikirkan kemungkinan untuk menghibur dirinya sendiri.

Antonina kembali tanpa kepastian.

Di jalanan yang dipenuhi orang-orang pribumi yang berlalu lalang itu, dia sendirian. Melarikan diri dari para penjaganya.

"Waktuku mungkin tidak banyak di sini, apa aku terlalu serakah karena menginginkannya?" dia tahu hukuman untuk keluarganya tidak akan sampai pada hukuman penggal, selama dia memiliki darah Belanda, hukuman yang paling besar adalah diasingkan atau dicabut gelarnya.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang