Gadis Kecil Pengacau

2.1K 295 8
                                    

"Sir Aaron apa kau merasakannya?" Alice menyenggol lengan partnernya hari itu.

"Aku pun merasakannya" Aaron yang terkadang pendiam mengangguk.

"Apa? Coba katakan" dia bertanya seraya mengangkat kepalanya ke atas, lurus dengan jendela kamar milik Elizabeth.

"Tadi Grand Duke muda menajamkan matanya pada kita"

"Apa maksudnya? Seakan-akan dia mengatakan, 'kau akan mati' begitu yang kurasakan"

"Dia menyuruh kita menjaga Nyonya dengan baik."

"Hee? Jangan sok tahu, apa kau bisa membaca pikirannya?"

"Aku memiliki mata batin yang kuat" lagi-lagi Aaron menyombongkan kemampuannya. Setelah ini dia mungkin akan mencatatnya ke dalam dokumen keramatnya.

"Apa Nyonya muda akan pergi ke medan perang? Kenapa sampai membuatnya begitu."

Aaron menghela napas, kemudian mengangkat bahunya. Tidak ada yang mengetahui konflik internal antara Elizabeth dengan keluarganya kecuali Archie dan para pelayan yang sudah dekat dengannya.

"Lo?" Alice melihat tiga orang rekannya muncul, itu bukanlah hari di mana mereka berjaga.

"Kalian seharusnya pergi berlatih, apa yang kalian lakukan di sini?" Aaron bertanya dengan tatapan mengarah lurus pada Arthur sang pembuat onar.

"Kami tidak akan berlatih hari ini" Arthur yang paling awal menjawab.

"Ada apa? Jangan bilang kalian juga diperintahkan mengawal Nyonya muda?"

"Benar." Jean mengangguk dia mengelap keringatnya yang masih menetes segar.

Aaron dengan instingnya mulai menaruh curiga. Elizabeth adalah putri yang dirumorkan sebagai anak kesayangan Count Morpheus, tapi sikap Archie seakan-akan menegaskan sesuatu.

"Nyonya muda sudah turun" Chris memperingatkan pada mereka untuk berdiri di tempat seharusnya.

Mereka berlima berjejer menyambut gadis kecil dengan balutan gaun musim semi yang cantik berbahan chiffon dengan pelindung kepalanya berupa topi berwarna merah muda yang dihias pita ungu muda, dia terlihat anggun sekaligus menggemaskan dalam waktu bersamaan.

"Selamat pagi semuanya" sapa Elizabeth dia mencoba tersenyum tipis, meski pun ia terlihat dingin, mereka semua sudah mulai terbiasa dengan Elizabeth yang minim ekspresi.

"Sir Arthur, Sir Chris dan Sir Jean apa yang kalian lakukan di sini?" Elizabeth memiringkan kepalanya, itu seakan sudah menjadi kebiasaan jika dia merasa bingung.

"Nyonya, kami ditugaskan untuk mengawal Anda hari ini"

"Tugaskan oleh siapa?"

"Ehem" tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakang, Archie muncul dengan pakaian lapangannya, seperti biasa, jadwalnya setiap pagi adalah melakukan inspeksi kota bersama pasukan kesatria Nyx untuk memastikan tidak ada monster yang berkeliaran.

"Kenapa masih belum berangkat?" itu bukan pertanyaan tapi sindiran yang pertama kali keluar dari mulutnya.

"Archie apa kau yang memerintahkan mereka?"

Dia tiba-tiba saja mendekati Elizabeth, merendahkan tubuhnya dan berbisik.

"Ingat. Jangan permalukan Everard dengan sisi lemahmu."

Grep. Elizabeth mengepalkan tangannya, dia bukan merasa kesal pada ucapan Archie, tapi kesal dengan tindakannya, napasnya begitu dekat dengan telinganya hingga berdengung.

"Archie juga harus ingat. Anak yang kamu sebut lemah ini adalah orang yang telah mengorbankan banyak darahnya untukmu." balasnya.

Dia menatap Elizabeth dengan sorot mata tajam, bibirnya terkatup. Archie menyerah tidak ada gunanya beradu argumen dengannya, dia tahu Elizabeth sangat rasional saat menjawab argumennya.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang