Mencari Jalan Rahasia

2.2K 354 41
                                    

"Ah aku melupakan lokasi pastinya"

Wanita itu tampak sibuk meraba-raba setiap buku yang terjajar rapi di rak itu. Dia mencoba mengingat dengan baik, sebuah lorong rahasia yang pernah Elleanor gunakan sebagai tempat bersembunyi ketika pasukan milik Putra Mahkota datang untuk membawanya paksa ke istana.

"Apa mungkin di sini" dia mendorong satu persatu buku-buku itu, mencoba menggesernya ke kanan dan ke kiri, namun ternyata sulit menemukan lokasi di mana rak -rak itu bisa bergeser membuka lorong rahasia.

Dia memperhatikan satu persatu, barang kali ada satu buku yang paling menonjol di sana, namun semuanya hampir sama, politik, sejarah, ekonomi.

Dia mencoba menjangkau rak atas, karena sejak tadi dia hanya fokus pada barisan tengah saja. Namun ketika hendak mengambil salah satu buku, sebuah tangan yang panjang dan kekar terulur membantunya.

Begitu wajah Elizabeth berbalik, yang dilihatnya adalah dada bidang seseorang yang terbalut pakaian sutra. Dia mendongak berhadapan langsung dengan wajah pria yang tersenyum tipis itu.

Tiba-tiba tubuh Archie membungkuk, wajahnya mendekat ke telinga Elizabeth, membuat suasana intim terasa begitu pekat. Dia tampak seperti hendak membisikkan sesuatu.

"Kapan kau akan tumbuh tinggi, Eli?"

Buk. Seketika Elizabeth menginjak ujung kaki Archie, dengan tatapan menyala dia menanggapi godaan Archie.

"Kau-lah yang tingginya melewati batas normal manusia, Archie"

"Ah benarkah? Kalau begitu aku akan membuatmu setara denganku sekarang" Archie tiba-tiba saja mengangkat lengan Elizabeth, menggendong tubuhnya hingga tinggi badannya setara dengannya.

"Archie! Archie turunkan aku." Elizabeth memberontak. Dia seperti sebuah kapas yang sangat ringan di mata Archie.

"Bukan hanya tinggi badanmu, tapi berat badanmu juga rupanya"

"Archie ini pencemaran namanya kau sama saja menyebutku kekurangan nutrisi?"

"Kekurangan nutrisi? Aku tidak mengatakan itu"

"Cepat turunkan aku!"

"Tunjukkan lebih tenagamu Eli" Archie semakin puas menggodanya. Melihat reaksi Elizabeth yang tidak biasa itu membuatnya senang.

Elizabeth tidak memberontak lagi, kini dia tampak pasrah, seperti boneka yang hanya diam dipermainkan oleh pemiliknya.

"Kau kesal?"

"Kau tidak mau menurunkanku?" nada suaranya berubah rendah.

"Baiklah" Archie menurunkan tubuhnya hingga dia kembali menapaki lantai marmer yang dingin itu.

Elizabeth tidak mengerti apa yang sebenarnya Archie pikirkan. Dia juga tidak mengerti apa yang dirinya sendiri inginkan. 'Rekan' itu adalah kata-kata pertama yang Elizabeth tawarkan pada Archie, namun berakhir menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

"Buku apa yang ingin kau baca sebenarnya?"

Elizabeth seketika mendongak, buku apa yang akan dia ambil agar Archie tidak curiga dengan tujuan sebenarnya dia berada di perpustakaan itu.

Elizabeth secara refleks menunjuk sebuah buku tentang sajak percintaan abad lama.

"Kau suka membaca buku semacam ini?"

"Buku apa itu?" dia membuka isinya, berisi syair-syair romantis yang biasa digunakan oleh para pujangga kerajaan untuk merayu wanita yang mereka inginkan.

"Ah, apa salahnya membaca ini" Elizabeth buru-buru membenarkan.

"Siapa yang ingin kau rayu?"

"Tidak ada"

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang