*Aku tahu, aturan yang ada di dunia ini sangat jauh berbeda dengan aturan di duniaku sebelumnya. Ketika menginjak usia 10 tahun anak-anak dianggap sudah siap untuk melahirkan garis keturunan. Hal itu berhubungan dengan sistem reproduksi wanita yang dianggap sudah berkembang dan siap untuk dibuahi.
Namun para gadis baru didebutkan pada usia 12 tahun, mereka percaya pada usia 12 tahun mental gadis sudah terbentuk dan siap diterjunkan ke masyarakat. Benar, ini adalah dunia fantasi, apa yang aku harapkan dari dunia yang tidak ada dalam catatan sejarah ini. Aku bahkan tidak tahu ada di galaksi bagian mana dunia ini.
'Hah...' aku menekan pelipisku ketika membaca surat propaganda yang beredar di pasar gelap. Bagaimana aku bisa mendapatkannya? Siapa lagi jika bukan Aldrich, mata-mata gandaku di luar sana. Aku tahu dia terhubung dengan serikat dagang benua Timur. Berkat rasa kagumnya yang meluap-luap terhadap kemampuan dan nilai estetika yang kumiliki.
Serikat dagang benua Timur, di dalamnya ada sekelompok pebisnis gelap yang sengaja menimbun produk langka untuk dijual dengan harga yang lebih fantastis. Namun selain menjual produk, mereka juga menjual informasi.
Ya, siapa pun yang berani membayar mahal agar informasi yang dia jual disebar luaskan, maka informasi itu akan menjadi momok di kalangan masyarakat dalam waktu yang singkat.
'Elizabeth...bocah yang baru berusia 11 tahun ini dicap sebagai wanita mandul. Manusia gila mana yang menyebarkan informasi semacam itu.'
Bagaimana caraku melampiaskan kemarahan Elizabeth yang meledak-ledak ini, bukan orang-orangnya saja yang salah. Tapi sejak awal sistemnya sudah salah. Orang-orang di sini sudah gila secara turun temurun.
Siapa pun yang memimpikan hidup di dunia sekarang. Artinya mereka sudah siap menjadi gila. Jangan berekspektasi apa pun, apa yang bisa diharapkan dari orang-orang yang pola pikirnya masih belum terbentuk sempurna.
"Nyonya Anda terlihat sedih, apa yang bisa saya lakukan untuk menghibur Anda?"
Hiburan ya, kurasa aku memang butuh hiburan. Abel tidak pernah menanyakan alasannya karena dia sudah paham aku tidak pernah menceritakan kekhawatiran yang ada di dalam pikiranku pada siapa pun, termasuk Abel sekali pun.
Tok...tok...tok
Julie masuk dengan senyum hangatnya yang merekah. Dia baru saja kembali dari ruang administrasi. Yah, Julie memang sangat sibuk. Tidak heran jika dia jarang menghabiskan waktunya denganku. Dia sudah seperti Karl versi wanita.
"Nyonya sebentar lagi adalah hari debut Anda, kami telah membuat jadwal kelas yang harus Anda ikuti untuk mempersiapkan debut"
"Kelas lagi?" aku sedikit menghela napas, setiap kali ada hari besar pasti diikuti kelas tambahan. Kali ini kelas apa lagi yang harus kuikuti.
"Anda jangan terlalu khawatir, hanya ada tiga kelas tambahan saja Nyonya, kelas pergaulan kelas atas dasar, kelas dansa, dan kelas Calon Duchess"
"..."
Aku menahan diri untuk tidak menguap, membayangkannya saja sudah lelah dan membosankan, tapi inilah yang dinamakan tuntutan hidup! Benar, sama seperti kehidupanku dulu, mau semembosankan apa pun kelas di sekolah, aku tetap harus mengikutinya demi karer dan masa depan. Rupanya aku tetap saja terikat dengan hal semacam itu.
"Baiklah Julie—namun sebelum kelasku dimulai, bolehkah aku pergi keluar dengan Abel ke distrik pertokoan?"
"Apa yang ingin Nyonya lakukan?"
"Membeli manisan, melihat-lihat barang cantik, aku ingin berbelanja." Tiba-tiba saja aku ingin mengalihkan pikiranku dengan menghirup udara segar.
"Bolehkan, Julie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
