Cahaya yang menyeruak dari balik tirai itu menusuk kelopak mataku yang masih terpejam. Aku mencoba untuk menikmati suasana baru dengan menjelajah alam mimpi, namun tetap saja sulit.
Memang aku bisa lebih santai, tanpa hukuman fisik, tanpa apel pagi. Tapi sialnya mataku sendiri yang tak terbiasa. Mungkin karena aku sudah terbiasa bangun lebih pagi.
Ah...apa ini? Sejak kapan perban di tanganku menjadi lebih tebal dari sebelumnya.
Aku mengerjapkan mataku, menatap ke arah langit-langit kanopi yang dipenuhi renda putih dan ungu muda. Cantik begitu pikirku.
Awalnya aku tidak pernah tertarik sedikit pun dengan warna ungu, namun aku mulai terbiasa dengan warna ini, ungu melambangkan sesuatu yang mewah namun tetap meninggalkan kesan misterius. Berbeda dengan emas, semua orang bisa menangkap jika emas adalah kemewahan.
Aku jadi teringat dengan dekorasi kamar Aneesa, dulu, aku begitu menyukai warna hitam. Itu sebabnya aku tidak begitu terkejut dengan nuansa kastel ini yang gelap, hanya di dalam kamar ini saja aku seperti masuk ke dalam dimensi lain.
Meski pun ada ratusan warna di dunia ini, yang kulihat hanyalah kegelapan.
Drap...drap...drap.
Apa terjadi sesuatu di luar? Aku mendengar suara langkah kaki yang bergerak di lorong, bukan hanya satu.
Buk. Aku hampir saja jatuh. Kasur ini masih saja tinggi, atau aku yang terlalu pendek. Kapan aku bisa tumbuh tinggi, tubuh ringkih ini benar-benar menyusahkan.
Eh. Aku merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Aku merasa tubuhku menjadi sangat ringan, seolah aliran darah yang menyumbat dari kepala hingga kaki menjadi lancar.
Kalau kuingat lagi, sepertinya semalam aku juga tidur cukup nyenyak tanpa gangguan mimpi buruk, mimpi dari kehidupanku yang sebelumnya. Apa mungkin karena kelelahan orang cenderung lupa untuk bermimpi?
Para pelayan tampak sangat sibuk hari ini, aku dapat melihat dari sela pintu mereka berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan kastel Barat ke arah Timur.
Timur adalah tempat Grand Duke dan penerusnya tinggal, apa mungkin terjadi sesuatu pada Archie? Tapi jika terjadi sesuatu padanya pasti akulah orang pertama yang akan dibangunkan.
Kesibukan mereka lebih seperti menyambut seseorang yang penting datang, aku jadi teringat kehidupanku sebelumnya, seluruh pelayan rumah menyambut kedatangan tamu penting rekan bisnis Ayah.
Arkh...tidak usah pedulikan. Aku membalik langkahku, di sana aku melihat balkon yang tirainya belum terbuka, sepertinya memang aku bangun terlalu pagi. Aku belum sempat melihat apa yang ada di balik balkon itu.
Ah, udara tampak sangat segar dan jernih jika aku berdiri di teras. Namun aku tidak bisa melihat dari dinding pembatas, aku hanya bisa mengintip dari celah pembatas beton karena tinggi badanku.
Wah, dari atas sini aku bisa melihat pemandangan yang tidak mungkin ada di dunia modern, di sana ada sebuah pohon raksasa dengan daun berwarna ungu?
Ah...aku ingat, itu adalah pohon Kutukan. Ya, pohon itu sudah di taman sejak kastel pertama ini dibangun, pohon itu juga dijadikan sebagai simbol perjanjian antara dua keluarga, yakni keluarga Everard dengan Morpheus.
Pada hari ketika keluarga Morpheus hancur, Archie memerintahkan agar pohon itu ditebang. Artinya, perjanjian dua keluarga pun sudah tidak berlaku lagi.
Lalu di tempat yang paling dekat dengan area kamarku, ada taman iris yang sangat luas. Ah lagi-lagi bunga iris, sepertinya benar, jika Grand Duke begitu mencintai mendiang istrinya, sampai dia menjadi buta akan segalanya setelah kehilangan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Historical FictionWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...
