Archie menatap surat yang berada di genggamannya saat ini. Dia merasa bimbang, melihat dari siapa surat itu datang. Bukan pengirim yang sama seperti sebelumnya, tapi dari seorang pelayan yang sangat pemberani.
Menatap tumpukan surat Elizabeth yang selalu dia simpan dengan sangat aman di dalam kotak kayu itu.
Dia tidak pernah membuka satu pun surat-surat itu. Bukan karena tidak peduli. Dia hanya takut. Saat ini tujuan besarnya adalah membalaskan dendam atas kematian Ayahnya. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dari bayang-bayang Elizabeth.
"Kenapa aku selalu lemah saat dihadapkan dengannya, Ru?" Archie bisa melihat bayangan Rudolf di sana.
"Master, kenapa Anda tidak ingin membukanya?"
"Karena aku tidak ingin kembali sebelum mencabut semuanya sampai ke akar"
"Namun bagaimana jika, Nyonya berpikir Anda tidak peduli pada beliau?"
"Apakah wanita akan berpikir seperti itu jika suratnya terabaikan?"
"Saya tidak tahu, saya hanya menebaknya saja, Master" sama seperti Archie, Rudolf sangat payah dalam kasus wanita. Archie seharusnya belajar banyak dari Ormond.
Archie tampak berpikir, "Namun, kenapa kepala pelayan yang mengirimkan suratnya, kenapa bukan Eli" dia mulai merasa curiga ada hal yang tidak beres. Meski pun tampak acuh, Archie selalu diam-diam menyuruh pasukan bayangannya untuk memantau kondisi kastel, dan mereka selalu memberikan laporan bahwa semuanya baik- baik saja. Tidak ada masalah serius yang terjadi di kastel.
Kecuali, saat Putra Mahkota datang menemui Elizabeth. Jika bukan karena Jade ketua Nyx dan Jenderal pasukan sekutu yang mencoba menghalangi, Archie mungkin sudah kembali untuk menghajar putra mahkota yang bahkan mangkir dari tugasnya untuk berperang.
"Bukankah perang sudah berakhir, tapi kau sendiri yang bersikukuh untuk berperang, lalu apa yang kau harapkan? Semua akomodasi sudah berkurang pada perang terakhir, banyak pasukan yang mati dalam kekalahan, menyerukan peperangan sekarang sama saja mati bunuh diri" itu adalah perkataan yang keluar dari mulut Ezekiel ketika Archie datang menemuinya di istana.
Pihak istana telah memutuskan untuk genjatan senjata dengan musuh, namun Archie menolak. Dia berangkat tanpa dukungan dari pihak istana. Kemenangan yang dia inginkan bukan untuk menyelamatkan Orion melainkan membalaskan dendam atas kematian Ayahnya. Itulah tujuan utamanya.
Waktu sudah berjalan setengah tahun, selama itu pula dia memendam keinginannya untuk bertemu kembali dengan Elizabeth. Dia harus segera mengakhiri semuanya. Meski pun pasukannya kalah jumlah Archie tidak menyerah. Bahkan ketika tubuhnya berkali-kali terkoyak pedang dan tertusuk panah beracun, dia terus bangkit melawan kematian.
Archie perlahan membuka kertas itu. Satu hal yang paling dia takutkan adalah mendengar kabar buruk tentang Elizabeth.
*Yang Mulia, saya dengan nekat mengirimkan surat ini untuk Anda. Tolong kembalilah membawa kemenangan...dan selamatkan Nyonya kami dari kesedihan, belakangan ini kondisinya benar-benar memburuk, tolong akhiri perang segera dan kembalilah demi Nyonya kami -Julie-*
'Aku hanya tidak ingin menjadi lemah saat ini. Setiap mendengar namamu saja, aku ingin segera berlari meninggalkan medan perang ini dan menemuimu. Eli. Namun aku tidak tahu, pikiran bodohku ini telah merusak segalanya, menciptakan kesedihan yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya."
'Kupikir kau akan baik-baik saja tanpaku, karena aku telah menjamin semua orang di kastel akan merawatmu dengan baik, tapi kenapa? Kenapa kau tidak bahagia, Eli?'
Sama halnya dengan Elizabeth, Archie sama sekali tidak mengerti apa yang wanita itu rasakan, Apa yang ada di dalam pikiran Archie selalu dipenuhi dengan pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Worry, We'll Get Divorced
Narrativa StoricaWaktuku terbatas. Hanya itu yang kutahu. Namun apa aku juga harus berakhir di penjara berkat kebencianmu? Tidak akan kubiarkan hidupku berakhir mengenaskan, aku akan melarikan diri dan mati dengan tenang setelah menceraikanmu. ©Original story by...