Panggung Pertontonan

2.6K 390 51
                                        

Di depan benteng Deimos yang megah, suasana mencekam menyelimuti udara. Orang-orang berdesakan, menahan napas dalam kesunyian yang tegang, menunggu momen memalukan sepanjang sejarah yang menimpa keluarga termahsyur di negeri itu.

Di tengah kerumunan, para prajurit berdiri berjaga dengan tombak yang berkilauan di bawah sinar matahari, sementara sang terhukum, dengan wajah pucat, diposisikan di atas panggung kayu. Benteng yang menjulang di latar belakang menambah keagungan dan ketegangan, menciptakan nuansa yang sarat akan ketidakpastian dan kepasrahan.

Orang dengan kedudukan tertinggi di sana telah tiba, dia duduk di singgasana, memberikan tanda dengan tangan, dan suara terompet menggelegar, menandakan bahwa saat yang dinanti akan tiba sebentar lagi.

"Nyonya—" Alice menyentuh pundak wanita yang mengenakan jubah hitam tersembunyi itu.

Dia menonton di balik kerumunan, dengan tenang menunggu kapan eksekusinya berjalan. Elizabeth diam-diam meninggalkan kastel dengan bantuan Alice, dia pun penasaran semengerikan apa hukuman eksekusi itu.

Namun tujuannya bukan itu, melainkan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, wajah ketakutan dari wanita yang sudah menyiksanya saat dia kecil.

'Apa kau melihatnya Eli, pemicu trauma di kehidupanmu sebelumnya, kini sedang menjadi bahan pertontonan semua orang' dia berdialog dengan dirinya sendiri, begitulah kenyataannya.

Countess salah satu orang yang telah berjasa menyebabkan Elizabeth di dalam cerita menjadi antagonis. Meski di kehidupannya sekarang dia tidak terlalu ikut campur, namun di kehidupan Elizabeth sebelumnya dia selalu ingin terlibat, mencoba mempengaruhi Elizabeth dengan segala tipu daya manipulatifnya.

"Elizabeth sialan...di mana dia, di kehidupan selanjutnya aku pasti akan mengutukmu!" wanita itu masih terus mengoceh meski pun kepalanya sudah berada di papan pemenggalan.

Wanita itu menatap sosok yang tampak begitu agung, dengan kursi perak sebagai latar belakangnya, dia hanya tinggal memberi instruksi agar algojo melakukan tugasnya.

"Kenapa hanya dua orang tua itu saja. Ke mana keturunannya"

"Huss jangan terlalu keras"

Elizabeth dapat mendengar suara orang yang berbisik di sekitarnya.

"Jika ingin menghabiskan seluruh keturunan Morpheus seharusnya Grand Duchess itu juga dihukum, mungkin saja dia diam-diam terlibat dalam kejahatan orang tuanya"

"Sepertinya masih belum, karena hanya pemilik darah istimewa saja yang bisa mengobati kutukan Grand Duke, mungkin dia akan dihukum setelah kutukannya hilang"

"Tidak Alice" Elizabeth menghalangi Alice yang sudah siap menarik pedang dari selongsongnya, mendengar Tuannya dibicarakan seperti itu membuat kepalanya terasa panas. Dia ingin memotong lidah para penggunjing itu.

"Nyonya—"

"Alice, jangan memperkeruh keadaan. Biarkan saja" Elizabeth berusaha menenangkan emosi Alice.

"Kudengar Grand Duke juga membawa seorang wanita simpanan dari medan perang"

"Ah, apakah dia wanita yang akan menggantikan posisi Nyonya kastel selanjutnya?"

"Entahlah...tapi siapa pun asal bukan wanita dengan keturunan Morpheus pengkhianat itu"

"Mereka keterlaluan"

"Mereka akan dieksekusi sebentar lagi, Alice"

Elizabeth bukan menunggu proses eksekusinya, tapi melihat rasa malu yang tertanam di wajah mereka. Ketika dua orang bangsawan terhormat dan termahsyur selama ratusan tahun berdiri menjadi bahan pertontonan semua orang.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang