Mimpi Archie

2.6K 375 38
                                        

Mimpi bisa menjadi sebuah jembatan penghubung antar dua dimensi yang saling terikat. Tidak semua orang percaya jika sebagian dari mimpi yang mendatangi manusia merupakan bagian dari alam bawah sadarnya yang telah lama terkunci.

"Yang Mulia, Anda paling mengetahui perasaan putriku, tapi kenapa Anda memilih Dewi dari klan musuh kita?"

"Dewa Agung, kau paling tahu jika hubunganku dengan Acatia tidak lebih dari seorang guru dan muridnya"

"Jika benar begitu maka lepaskanlah putriku. Biarkan dia kembali ke kastel kegelapan"

"Dewa Agung, aku atau pun kau tidak berhak memutuskan keinginan Acatia, dia ingin tetap tinggal di sini"

"Tinggal di sini dan melayani Anda seumur hidup? Namun tahukah Anda, bagaimana hatinya saat mengetahui seseorang yang dia kagumi kembali membawa seorang wanita dari alam matahari"

Mimpi terus berubah, latar yang belum pernah dia datangi sebelumnya satu persatu muncul. Tempat-tempat yang seakan tidak asing baginya.

"Aku akan mengutukmu Dewa Bulan, Arche. Seumur hidupmu kau akan dipenuhi oleh penyesalan, kau akan mengerti rasa sakitnya kehilangan seseorang yang begitu kau cintai, sama seperti putriku yang telah kau renggut"

"Seumur hidup Acatia telah mengabdikan dirinya pada seseorang yang buta sepertimu! Di setiap kehidupan, kau dan cinta terlarangmu tidak akan pernah bahagia. Itu adalah sumpah dari seorang Ayah dan Raja kegelapan."

Archie tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia mencoba keluar dari mimpi itu, namun seperti ada sesuatu yang mengikatnya. Dadanya terasa berat seperti batu berukuran besar menindihnya. Dia mencoba minta tolong, namun suaranya tidak keluar sedikit pun.

"Ada apa dengannya?" Elizabeth terbangun, dia sebelumnya tidur dengan posisi duduk, menjaga Archie semalaman di sana. Dia tidak kembali ke kamarnya, namun para pelayan justru mendukung.

"Archie, ada apa denganmu" wajah Elizabeth berubah cemas, dia mengusap pelipis pria itu yang dipenuhi dengan keringat dingin. Dia seperti akan mengatakan sesuatu, namun suaranya benar-benar tidak keluar.

"Archie?" Elizabeth berpikir tidak mungkin kutukannya muncul di pagi hari, benar, matahari sudah mengintip dari balik tirai, tidak mungkin itu kutukan.

Elizabeth menyimpulkan itu adalah mimpi buruk, sama seperti dirinya yang juga sering mengalami mimpi buruk, ketika ingin kembali ke dunia nyata seperti sedang dipersulit oleh sesuatu.

Dia meletakkan tangannya di dada Archie, kemudian mulai menepuk-nepuknya dengan lembut dan perlahan. Sampai debaran dadanya normal dan stabil.

"Apa yang sebenarnya kau mimpikan sampai membuatmu seperti ini" gumam Elizabeth. Dirinya tidak sadar, sikapnya pada Archie adalah bentuk rasa sayangnya yang dia miliki.

Dia mengira belum jatuh terlalu jauh, tanpa disadari dirinya telah terjebak dalam belenggu hubungan yang tidak memiliki kepastian. Bukan hanya kepastian akan perasaan, tapi kepastian hidup. Elizabeth tidak ingin menjadi terobsesi hingga meninggalkan rasa kecewa yang besar karena hubungan mereka memang ditakdirkan untuk usai, baik oleh orang ketiga, mau pun oleh maut.

Waktu berlalu, Archie merasa jauh lebih tenang saat ini. Elizabeth mendorong kursinya, meninggalkan ruangan itu sebelum Archie terbangun. Dia harus segera bersiap karena tugasnya masih belum selesai, hanya tinggal menghitung hari sampai pesta menyambut musim semi dilangsungkan. Pesta itu juga merupakan pesta pertama yang diadakan setelah Archie naik takhta sebagai penerus Grand Duke. Seharusnya sebelum ini diadakan pesta penyambutan pemimpin baru, namun karena keadaan mendesak saat itu, di mana Archie pergi berperang, sehingga pelantikannya dia buat sederhana, lagi pula semua orang juga sudah mengetahui kalau satu-satunya penerus yang sah dari keluarga Everard hanyalah Archie.

Don't Worry, We'll Get DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang