Berdua Sama Papa

689 59 9
                                    

Yerima baru saja selesai menyusui anak kembarnya. Ia sedang mencek data keuangan milik Winlalaland.

Handphone nya berdering, telpon dari sang Papa. Yerima akhirnya memutuskan untuk membuka blokir nomor Henry papanya.

Masih tidak mau menjawab telpon Papa?

Pesan yang ia lihat di layar notifikasi.

Yerima menghela nafasnya, sejujurnya ia masih belum bisa menerima apalagi bertemu dengan Henry juga selingkuhan Papanya itu.

"Natra.. I love you" Yerima memeluk Martin yang menghampirinya di ranjang.

"Yeah I know I love you too honey, kenapa apa yang lagi kamu pikirin?"

"Papa"

"It's okey, kalau belum mau jangan paksakan ya?" ucap Martin

"Jahat gak sih aku abaikan Papa aku sendiri?"

"Kamu cuma butuh sedikit waktu untuk menerima, tapi ingat jangan sampai benci Papa ya? Bagaimanapun juga dia Papa kamu" ucap Martin

"Papa mau ketemu kata kamu iyain atau engga?"

"Kamu sudah sanggup? Kalau udah yakin bilang iya jangan khawatir aku bakal temenin kamu ketemu Papa" ucap Martin

"Aku pikirin dulu deh habis jemput kembar anterin aku ke Mima mau gak? udah lama gak ke makam Yemima"

"Okey, sayang boleh kalau gitu aku siap - siap dulu ya, jangan terlalu berfikir keras jika belum yakin jangan diiyakan" ucap Martin dan Yerima mengangguk sebagai jawaban.

.

Jaendra menggandeng putri kecilnya menuju parkiran motor, ia mencari keberadaan motor Claresta.

"Got it"

"Papa benelan bisa bawa motol kan?" tanya Winter.

"Bisa dong, sayang sini jaketnya dipake dulu yang bener" ucap Jaendra

"Nanti kalo Wintel ngantuk telus jatuh gimana?"

"Engga akan papa pegangin, Winter peluk papa aja" Winter mengangguk pelan mengiyakan

Jaendra dengan telaten memasangkan helm berukuran lebih kecil yang dipastikan milik Ansel lalu menggendong Winter naik keatas motor jok penumpang, kemudian baru ia yang naik

"Peluk Papa, pinter"

Jaendra memasangkan jaket milik Cakra, untuk mengikat dirinya dengan Winter antisipasi jika winter mengantuk.

"Winter, udah siap?"

"Siap Papa"

Dengan perlahan namun pasti, Jaendra melajukan motornya keluar area sekolah.

"Jaendra yang barusan kan?" Martin baru saja tiba menjemput anak kembarnya.

"Lah mobilnya disini?"

"Papi"

"Hey anak - anak Papi gimana hari ini happy?" ucap Natra

"Yeah, not bad" ucap Zion

"Hari ini kakak Ze bikin origami bagus tidak?"

"Bagus, kakak Ze pintar sekali"

"Origaminya buat uncle Nono" ucapnya lagi

"Buat Papi?"

"Punya abang Ion kan ada" ucap Zean

Martin tersenyum, jika kebanyakan orang cinta pertama anak perempuannya adalah sang Ayah tidak bagi Zean. Zean sangat akrab sekali dengan Jonas, bahkan Zean selalu excited jika ada uncle Nononya itu.

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang