Masih Cinta Sendirian

841 71 3
                                    

Setelah sesi foto berakhir Jian memilih untuk memisahkan diri. Ia berjalan menjauhi kerumunan yang masih sibuk mengabadikan momen bersama kedua pengantin.

Berjalan dengan lirih, menahan sesaknya sejak tadi.Tanpa ia sadari Almira, mengikutinya dari belakang. Hingga Jiansha berhenti di ruangan kosong. Ia masuk ke dalam menyandarkan tubuhnya pada tembok itu. Bulir air matanya mulai jatuh, pertahanannya runtuh, ia terduduk menangis sejadinya. Cakra benar ia hanya berpura - pura tegar, ia berpura-pura mengikhlaskan di hati kecilnya masih ada rasa untuk Wilana, Wilana memiliki tempat tersendiri di hatinya, wanita yang merebut perhatiannya sejak masa orientasi sekolah itu.

Almira berhenti tepat di depan ruangan itu, mendengar pilu tangis Jian disana. Di saat bersamaan hatinya ikut terluka, usahanya kembali gagal, lalu mengapa Jian selalu memberikan harapan padanya?

"Harusnya bilang kalau belum bisa" gumamnya

Almira menghela nafasnya, kecewa tentu saja, namun Almira akan lebih berusaha lagi, ia sudah berhasil masuk namun belum bisa menetap, karena masih ada Wilana disana.

"Rara, nanti kalau sudah besar Jie bakal pasangin cincin beneran buat Rara, tunggu Jie kembali kesini ya"

"Janji?"

"Ya, Janji"

Almira memegang kalung dengan hiasan cincin mainan yang bertengger di lehernya. Mungkin Jian lupa, tapi Almira selalu mengingatnya. Almira memegang janjinya menunggu Jian hingga akhirnya keduanya bertemu kembali di tempat les yang sama. Almira bahagia dan sedih secara bersamaan. Bahagia karena akhirnya kembali bertemu Jiansha, yang bisa dibilang cinta pertamanya itu, namun ia juga sedih karena Jian melupakannya.

Almira membuka pintu, perlahan ia menghampiri Jian yang menangis, Jian menggunakan tangan dan lututnya sebagai tumpuan wajahnya tertutup dan tidak menyadari kehadiran Almira.Tangan Almira terulur mengusap punggung Jiansha. Merasa ada seseorang di dekatnya, Jiansha mengangkat wajahnya.

"Al"

"Ji"

"Maaf, aku ganggu ya?" tanya Almira pelan

"Mira ga maksud ngikutin Ji kesini kok Mira... "

"Sakit, Al ternyata Jian belum bisa" ucap Jiansha memeluk Almira tiba - tiba.

"Ji" Almira sedikit terkejut karena Jian yang langsung memeluknya.

"Maaf" Jian melepaskan pelukannya

"Engga apa - apa Ji nangisin aja"

"Kamu harusnya marah Al, kenyataannya aku jadiin kamu tameng" ucap Jiansha

"Ketimbang marah aku lebih kecewa sama diri aku sendiri Ji" ucap Almira

"Ternyata usaha aku belum bisa gantiin posisi dia ya?"

"Aku yang terlalu berharap, aku yang terlalu baper, aku kira aku udah bisa kembali ke tempatku ternyata di singgasananya masih ada seseorang"

"Kalau mau jujur Mira lebih sakit, sakit dapetin kenyataan ternyata Mira masih cinta sendirian, tapi Mira gak bisa salahin Jian gitu aja karena perasaan gak bisa dipaksain"

"Ji, kayaknya kita berdua butuh waktu"

"Maksudnya?"

"Jian butuh waktu buat sembuhin luka Jian dan Mira juga butuh waktu meyakinkan diri"

"Mira ada study exchange ke luar selama enam bulan sehabis semester ini, Mira gak akan ngajar di playgroup lagi"

"Apa enam bulan itu cukup?"

Almira menatap Jian ada guratan kesedihan di matanya sejujurnya ia tidak akan mengatakan hal ini saat ini namun mungkin ini saat yang tepat.

"Kemana?"

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang