Jangan Pergi

824 84 14
                                    

"Tampar lagi, nih pipi yang sebelah belum, jedotin kepala Nata atau kalau belum puas ambil pisau sana bunuh, bunuh Nata sama anak kamu sekalian!"

"Kenapa diem?"

Natalie beranjak menuruni tangga membawa sebilah pisau dapur dan kembali ke atas.

"Lakuin" ucap Natalie yang memberikan pisau itu pada Ruanth namun Ruanth tetap diam.

"Lakuin kayak waktu itu, jangan diem aja atau kamu mau aku lakuin sendiri? Iya?"

"Nata, kamu ngapain!" Ruanth menahan pisau di tangan Natalie

"Lepasin!"

"Stop! jangan dekat Nata"

"Nata lepasin pisaunya!"

"Enggak!"

"Biarin Nata mati aja!"

"Enggak! jangan Nata" pisau kini mengarah pada Ruanth

"Akkhh"

Telinga Ruanth berdenging hebat, kepalanya terasa sakit. Ruanth mencengkram pisau ditangan Natalie dengan kuat hingga tangannya mengeluarkan cairan berwarna merah. Natalie yang melihat itu terkejut dan pisaupun terlepas dari tangannya seketika ia tersadar.

"Kak Jun!"

Ruanth mengambil alih pisau dan menodongnya ke sembarang arah dan hampir saja mengenai Natalie

"Pergi!"

"Gue gak salah pergi kalian pergi"

Pisau itu kini tepat di depan Natalie, Natalie terbata mengisyaratkan dengan gelengan kepala.

"Kak Jun"

Natalie beranjak mundur hingga mepet ke tembok, Ruanth mengayunkan tangannya satu gerakan dari Ruanth maka pisau itu akan melukai Natalie.

Natalie terpejam, ia pasrah jika memang Ruanth benar - benar akan melukainya. Namun yang ia dengar hanya deru nafas Ruanth yang tersengal. Natalie memberanikan diri membuka matanya hingga pandangan keduanya beradu.

Ruanth menjatuhkan pisau ditangannya, tangannya yang berlumur darah itu terulur menghapus jejak air mata Natalie, setelah perlahan kesadarannya kembali.

"Maaf"

Tangis Natalie kembali pecah saat itu juga, ia memukuli dada Ruanth sebagai pelampiasan rasa takut, kesal, dan amarahnya yang ia rasakan. Hingga Ruanth membawa dirinya dalam dekapannya.

"Jangan pergi"

"Jangan" ucap Ruanth lagi

Natalie hanya bisa menangis dalam pelukan Ruanth, ia tidak mampu berkata apa -apa lagi untuk sekarang.

Waktu menunjukkan pukul empat sore Martin, Yerima dan empat orang anaknya beserta Ruisha sudah nampak di Bandara, mereka menunggu yang lainnya tiba.

Windura, Helena dan Jeman datang kemudian disusul Cakra dan Claresta juga putranya Ansel. Tak lama kemudian Adeline dan Almira sampai. Sepuluh menit kemudian Ruanth dan Natalie tiba dengan menggunakan topi dan masker.

"Ndaaaaa"

"Hai cantiknya Nda, gimana tadi sekolahnya?"

"Seperti biasanya" jawab Ruisha

"Abaaang" ucap Natalie memeluk erat Martin

"Kenapa nih tiba - tiba meluk gini" ucap Martin matanya tertuju pada Ruanth namun Ruanth hanya diam lalu memutus kontak mata keduanya dengan beralih pada Ruisha

"Kenapa deh Nat?" Natalie menggeleng ia menahan diri untuk tidak menangis sejujurnya ia ingin mengadukan semuanya pada Martin saat ini juga.

"Helo guys!" ucap Katrina dari kejauhan

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang