Ruanth menatap lekat wajah Natalie yang tertidur dalam pelukannya, Ruanth tidak bisa memejamkan mata, banyak yang ia pikirkan belum lagi ia didera rasa khawatir tentang Ruisha dan yang lainnya.
Ruanth terhenyak ketika Natalie menangis memanggil nama Ruisha. Ruanth mengusap pelan surai Natalie untuk menenangkannya, tangannya turun menghapus jejak air mata Natalie. Tangannya turun mengusap perut Natalie, ini adalah kesukaan wanitanya. Ia sedikit membenarkan posisi mengingat kondisi Natalie tentu ini sedikit tidak nyaman untuknya.
Ia kembali menatap lamat wajah Natalie, ia tersenyum mengingat bagaimana kisah keduanya dulu, ia bahkan tidak menyangka, perempuan ceroboh, keras kepala dan nekat ini benar - benar menjadi jodohnya.
Ia mengingat bagaimana Natalie berusaha keras merebut hatinya dari Yerima, penolakan - penolakan dari dirinya tak membuat istrinya ini menyerah. Mungkin itu juga yang membuat hatinya luluh. Ia bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan Natalie, perasaan pada wanitanya itu mengalir begitu saja, Natalie yang ceroboh, selalu membuatnya ingin melindunginya, rasa khawatir mendera saat Natalie tiba - tiba tidak ada kabar karena biasanya notifikasi handphonenya selalu berisik dengan pesan yang Natalie kirimkan lebih dari satu pesan. Hal sekecil apapun selalu Natalie ceritakan padanya, bahkan saat Natalie digigit semut pun,wanita itu memintanya untuk menjenguknya. Kadang membuatnya jengkel namun lama kelamaan membuatnya terbiasa dan pada akhirnya perasaan pada Yerima menguap begitu saja.
Adik sahabatnya ini sudah berhasil membuatnya terpesona dengan tingkahnya, meski terlihat ia seperti mengemong balita, jauh sekali dari tipenya saat itu, namun berhasil membuatnya selalu memikirkannya, mengkhawatirkannya, terlebih kedua orang tuanya nampak senang dengan kehadirannya. Natalie berhasil membangun suasana hangat keluarganya terutama Bunda Welin yang dirundung sedih memikirkan Windura sang kakak yang kala itu memilih meninggalkan rumah. Sejak saat itu hidupnya dipenuhi dengan tingkah Natalie, ia akan selalu mengingat ekspresi Natalie saat dirinya menyatakan perasaan padanya.
Ruanth terkekeh mengingatnya, saking terkejutnya Natalie menangis bahkan lupa mengatakan iya sebagai jawaban. Lagi - lagi Ruanth gemas sendiri dibuatnya. Ia sendiri tidak menyangka menjalin kasih dengan Natalie saat itu bisa semenyenangkan itu.
Mengingat masa itu membuat Ruanth tersenyum tangannya setia mengusap lembut sesekali membubuhkan kecupan di kening Natalie. Senyumnya terhenti tatkala mengingat percakapan dirinya dengan sang Ayah tadi. Dirinya sendiri tidak tahu seperti apa mendeskripsikan perasaannya terhadap Shasha.
"Nata, kalau yang Ayah katakan itu benar apa boleh aku mencintai wanita lain selain kamu?"
"Dia mama dari anakku, wajar kan jika aku memiliki perasaan untuknya?"
"Nata, kenyataannya kehilangannya buat kak Jun sakit, kepergiannya membuat kak Jun tenggelam dalam rasa bersalah setiap harinya sesak akan selalu mendera, apalagi jika sudah berhadapan dengan Papa Arlan dan Mama Agatha, mereka memasang topeng terlihat baik tapi diam - diam melukai kak Jun secara perlahan"
"Semua yang aku lakukan akan selalu terlihat salah di depan mereka, aku sayang banget sama kamu Nat, tapi disisi lain ada perasaan yang gak bisa aku mengerti, terkadang aku masih merindukannya, berharap kematiannya hanya sebuah mimpi"
"Nata, jika bisa mengulang waktu aku gak akan bawa dia keluar saat itu, Ruisha mungkin tidak akan kehilangan mamanya, tapi kamu juga mungkin tidak akan ada dipelukanku sekarang"
"Aku egois ya Nat kalau aku masih mengharapkannya untuk hidup lagi?"
.
Eungghh
"Selamat pagi Nda"
"Hmm, udah jam berapa yah?"
"Jam delapan, ayo bangun, hari ini pencarian sudah bisa dimulai oleh pihak berwajib, polisi udah ada yang dateng lagi di gazebo depan, kita gak mungkin disini terus"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Goodbye
FanfictionLove Story season 2 Menceritakan Wilana sebagai ibu anak satu. Ia mulai mengikis perasaannya pada Jaendra dan memulai hubungan dengan Jian. "Sampai kapan kamu mengurusi anak itu Jian? dia bukan anak kamu untuk apa kamu merepotkan diri ayahnya saja...