Ibarat Tungku

734 64 4
                                        

Wilana sedang memilah beberapa undangan yang akan disebar.

"Ini buat temen - temen Ayah sama Bunda ya" ucap Wilana

"Ada kendala gak persiapannya? Selain penolakan warga?" tanya Bayu

"Sejauh ini tinggal itu aja sih Yah, itu mah urusan kak Jaendra sama Opa Tama" ucap Wilana

"Ah, paling baju bridesmaid sama groomsmennya sih tapi Wila udah minta kak Gigi sama tante Airin buat bantu" ucap Wilana

"Gigi, udah mulai kerja lagi?" tanya Tiana

"Iya Bun, engga sampe seharian kok 4 jaman paling lama, aku urus baju bridesmaidnya itupun koleksi yang udah jadi dibutik cuma benerin size aja soal groomsmennya tante Airin yang koordinir bang Martin sama Jonas"

"Lagian ya si Jaendra ngadi - ngadi seenaknya ngumumin tanggal dikira persiapan bisa disulap ujung- ujungnya molor juga kan tiga minggu mana cukup heran" ucap Gianna

"Sepupu kamu emang aneh deh bingung Wila juga, kakinya aja kadang masih harus pake kruk, pede banget jalan di altar tanpa alat bantu" ucap Wilana

"Ngebet kali, biar buru - buru sah, lagian kendala utama venue aja masih belum jelas jadi di situ atau enggak"

"Ayah sama Papa Agung udah coba bicara sama Tian, biar koordinir pertemuan dengan warga disana, jadi kita harus lebih awal berangkat biar selesaikan masalah itu"

"Ah, iya Mas Tian juga udah bilang sama Wila sebenarnya beberapa udah terima cuma biasa power Bu Dirga tuh berpengaruh disana, dia manfaatin kecewa warga untuk ngambil keuntungan yakin deh ini mah akal - akalan dia" ucap Wilana

"Hussh, gak boleh nuduh sembarangan adek gak baik, belum tentu seperti itu bisa jadi kan mereka punya tata krama sendiri aturan sendiri, kita pendatang gak bisa seenaknya sendiri ikutin aturan yang ada dan akan lebih bijak jika kita melakukan musyawarah tatap muka langsung sama mereka, lebih kekeluargaan aja itu bakal lebih diterima" ucap Bayu

"Iya yah maaf abis kesel sama Bu Dirga tuh ngurusin hidup orang lain terus" ucap Wilana

"Halah tapi tipsnya dipake juga" ucap Gianna yang mendelikan matanya ke arah Wilana

"Hehe itu beda lagi, lagian itu butuh lagi kak Gigi cobain deh ke kak Mi" ucap Wilana

"Tips apa sih Bunda mau tau?"

"Ah, itu... "

"urusan ranjang itu mah Bun" bisik Wilana membuat Tiana mengernyitkan dahi

"Hahahaha, duh kalo inget mukanya kak Jaendra, Wila mau ketawa terus" ucap Wilana

"Wila, sejak kapan kamu jadi sefrontal itu?!"

"Aduh siah, kak Gigi"

"Gak ikutan ya Wil, bye mau cek Alen" ucap Gianna perlahan meninggalkan Wilana dan Tiana sebelumnya Bayu sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka.

"Kamu tuh bikin Bunda syok terus sama perubahan kamu, bahkan kadang Bunda ngerasa kamu orang yang berbeda, Wila Bunda sama Ayah disini khawatir sama kamu, kamu malah melakukan hal yang tidak - tidak mau ulang kesalahan yang sama?" ucap Tiana

"Bunda.. "

"Bunda kayaknya emang salah terlalu manjain kamu, kalau Bunda boleh jujur Bunda belum bisa menerima semuanya Wila, Bunda masih bayangin kamu yang harusnya sekolah tuntut ilmu dengan baik Bunda... ahh maafin Bunda Wila"

"Bunda... justru Wila yang harus minta maaf, Wila yang langgar aturan Wila yang bikin malu Ayah sama Bunda, Wila enggak mau pulang waktu itu karena Wila malu sama Ayah sama Bunda juga"

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang