Semua Karena Winter

536 56 2
                                    

Lyanna tidak mengatakan apapun lagi sejak obrolan terakhir yang ada dipikirannya sekarang adalah anaknya, ia tidak ingin sesuatu hal yang buruk menimpa anaknya. Tanpa ia sadari ia sudah berada ditempat yang mereka tuju rumah tua yang ditumbuhi rumput dan tumbuhan liar lainnya.

"Adrin!" ucapnya saat melihat bocah laki - laki duduk di sebuah sofa. Lyanna berlari mendapati buah hatinya.

"Mami"

"Sayang, mami kangen sama Adrin" terdengar isak dari Lyanna yang memang merindukan sang buah hati. Tangan Ferdinand terkepal ia tidak ingin melihat pemandangan di depannya memilih mencari seseorang. Sedangkan Ruisha dan Jerman sudah dipindahkan di sebuah ruangan.

"Dimana dia?" tanyanya pada salah seorang suruhannya.

Namun kemudian langkah kaki terdengar. Seorang wanita berambut sebahu yang tadi membawa Adrin kemari.

"Bagus, kau melakukan tugasmu dengan baik Samantha"

Wanita itu tidak menjawab ia lebih fokus melirik Lyanna yang terlihat bahagia bertemu dengan putranya.

"Dimana anak - anak itu?" tanyanya pada Ferdinand

"Kenapa terburu - buru sekali mereka masih dalam keadaan terbius" ucapnya

"Cepat katakan dimana!" lagi Samantha hanya ingin memastikan mereka.

"Hei tenanglah, mereka akan segera sadar bukankah lebih baik kau beristirahat lebih dulu? ingat jika kau kembali berkhianat anak - anak itu yang akan jadi korbannya" ucap Ferdinand lalu beranjak dari sana

"Sa.. Samantha lo yang bawa anak gue?" ucap Lyanna keduanya duduk di sofa Adrin nampak tertidur dipangkuan Lyanna.

"Bokap lo udah gila, anak lo dipake buat jaminan biar lo gak kabur ninggalin dia"

"Egois"

"Anak lo sejak awal direbut bokap lo dari keluarga nyokap lo Ly, untung gue ketemu dia, dia hampir bikin anak lo mati" ucapnya lagi dengan nada dingin

"Gue muak dengan semua kelakuan Papi, gue mau berhenti" ucap Lyanna

"Lo bisa kabur sekarang kalau lo mau" membuat Lyanna menggeleng

"Gue gak mau ninggalin Ryuna sendirian"

Samantha tertawa. Tentu saja ini lucu sepengetahuannya Lyanna dan Ryuna tidak pernah akur, dia tahu saudara satu ayah itu bahkan saling benci.

"Sejak kapan lo jadi perhatian sama sodara lo itu?"

"Samantha, gue udah kehilangan Papi ya dia ada tapi dia bukan Papi yang gue kenal dulu, sejak sering bareng karena harus ngumpet, gue ngerasa gak sepantasnya membenci dia ya awalnya begitu namun seiring waktu kita bersama dia gak salah ini semua karena Papi, lo bener kita korban keegoisan dia dan setelah ngerasa kehilangan bokap keluarga gue saat ini cuma Ryuna" jawabnya

"Lo sendiri kenapa memilih balik terlibat dan disini sekarang? Bukannya lo bisa sedikit bebas setidaknya mereka mengurangi masa tahanan lo karena udah mau bekerjasama dengan mereka" tanya Lyanna

"Lo pernah gak ngerasain rasa bersalah selama bertahun-tahun?" Samantha malah balik bertanya.

"Ya, lo tau sendiri Samantha hidup gue kacau sejak itu"

"Itu yang gue rasain, Yerima sepupu gue, gue udah banyak lakuin kesalahan gue bunuh kembarannya, gue bikin dia keguguran, gue bahkan pernah mau rebut suaminya dulu. Gue tau kesalahan gue bener - bener fatal gue merusak kebahagiaan orang lain dengan turut andil rencananya Ferdinand dan Mitha, gue mau tebus kesalahan yang pernah gue perbuat"

"Gue menyesali perbuatan gue di masa lalu gak seharusnya gue lakuin itu hanya karena iri melihat kehidupan mereka nyatanya baik gue dan Yerima tidak pernah merasakan utuh kasih sayang keluarga, gue sengaja balik lagi, gue mau jaga mereka disini Zion anak Yerima dan Martin artinya dia keponakan gue. Ruisha, anaknya Ruanth termasuk orang terdekat gue, meskipun gue belum tau caranya buat bebasin mereka sekarang setidaknya, gue bisa jaga mereka disini gue pastiin mereka balik ke orangtuanya tanpa kekurangan sesuatu apapun, gue bakal jaga mereka dari bokap lo" ucap Samantha

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang