Tolong Berhenti

498 59 0
                                    

Ferdinand dan Selomitha sepakat untuk membawa tawanan mereka di dua lokasi berbeda. Setelah sedikit berdebat karena Mitha dibuat kesal oleh Ryuna dan ingin bertukar dengan Lyanna namun Ferdinand akhirnya memutuskan Ryuna ikut dengan Selomitha dan Lyanna dengan dirinya sekalian ada yang ingin ia bicarakan kepada anak pertamanya itu.

"Tidak Mitha, kamu tetap bersama Ryuna ada hal yang ingin kubicarakan dengan Lyanna"

"Wleee". Ryuna menjulurkan lidahnya membuat Mitha semakin mecebik kesal.

"Ikut gue!" perintahnya pada Ryuna

Kedua gadis itu berjalan menuju mobil pertama dimana Winter dan Jeman di dalamnya.

Di dalam Winter dan Jeman masih dalam keadaan tidak sadarkan diri mata kedua anak itu di tutup dengan kain dan tangan dalam keadaan terikat.

Kasian banget

Sejujurnya Ryuna tidak tega melihat keadaan mereka seperti itu.

"Ini emang harus kayak gini? kasian loh mereka". Ucapan Ryuna tentu saja membuat Mitha kesal.

"Dilarang protes!"

Ryuna hanya memanyunkan bibirnya, ia juga tidak bisa macam - macam dengan Selomitha mengingat lokasi yang mereka tuju berada di dalam hutan. Dan ia juga harus menjaga mood Mitha bisa saja ia marah dan membuangnya di tengah hutan. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya bergidik ngeri apalagi bertemu dengan binatang buas, ya lebih baik dirinya diam dan memfokuskan matanya pada jalanan mencoba menghafalkan jalan meski sulit karena baik kanan dan kiri hanya ada pohon dengan bentuk yang sama.

Tak berbeda jauh, Ferdinand dan Lyanna juga sudah dalam perjalanan. Sama seperti Ryuna, nalurinya sebagai ibu sedikit terusik, bagaimana tidak Ruisha dan Zion tertidur dengan mata tertutup dan tangan terikat.

"Papi apa itu tidak berlebihan bagaimanapun mereka masih kecil" ucap Lyanna namun Ferdinand membalas dengan tawa.

"Lucu sekali apakah karena kau sudah menjadi ibu sehingga melihat mereka rasa ibamu muncul?"

"Papi benar, aku seorang ibu dan aku tau rasanya jauh dari anakku, Papi bisakah papi hentikan semuanya Lya rasa ini sudah terlalu jauh"

"Kamu tidak tau apa - apa Lya"

"Karena aku gak tau apa - apa makanya aku minta Papi berhenti, bagaimana jika ini terjadi pada Adrian cucu Papi? ya Lya tau papi gak akan pernah terima dia sebagai cucu papi, tapi Lya juga tidak mau jika akhirnya anak aku ikut kena imbasnya, cukup dia punya ayah yang tidak mengakui kehadirannya cukup dia memiliki ibu buronan kayak aku"

Lyanna tidak bisa menahan tangisnya beberapa waktu terakhir menjadi buronan membuat dirinya merenungi semua perbuatannya. Ia tau kesalahannya fatal dan ia menyesali semuanya.

"Kau merindukan anakmu?" Pertanyaan dari Ferdinand membuat Lyanna menoleh.

"Setiap hari aku selalu merindukannya"

"Dia lahir karena kesalahan"

"Iya Papi benar tapi yang bersalah adalah aku orangtuanya, anakku berhak hidup Papi dia satu - satunya alasan Lyanna bertahan hidup"

"Munafik!"

"Anakmu itu juga luka untukmu karenanya karirmu hancur kan? bahkan ayahnya saja tidak sudi mengakuinya"

"Papi tidak akan pernah mengerti meskipun hampir gila, tapi setiap melihatnya ada kebahagiaan tersendiri untuk Lyanna, Lya memang sempat membencinya tapi entah mengapa setiap melihat matanya aku gak bisa membencinya" Lyanna memilih melihat ke arah jendela mengatur nafasnya agar tidak sesak. Ia menutup matanya mengumpulkan nyali untuk meluapkan semuanya pada Ferdinand ayahnya.

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang