Terbiasa dengan Luka

200 30 2
                                    

Setelah mendapat panggilan telepon dari Ferdinand, Arlan bergegas menuju tempat yang dikatakan oleh pria itu. Tentu saja ia tidak menaruh curiga sedikitpun, yang terpenting ia menemukan cucunya, Ruisha satu - satunya yang berharga yang ditinggalkan putrinya untuknya.

Ditemani satu orang kepercayaannya ia melajukan mobilnya hingga tiba di sebuah tempat sesuai dengan arahan Ferdinand tentunya.

Setelah tiba disana ia masuk ke sebuah rumah cukup besar, banyak pintu dan tangga, suara Ferdinand menggema membuatnya sedikit terkejut

"Arlan kau benar - benar datang?"

"Ruisha" ucap Arlan saat melihat tampilan layar, cucunya sedang menangis ditenangkan anak laki - laki di sampingnya.

"Kau ingin menemuinya?"

"Tentu saja tidak perlu kau tanyakan padaku brengsek, beritahu aku dimana kau sembunyikan cucuku!"

"Tak perlu emosi seperti itu, bisakah untuk santai sedikit bukankah kita adalah partner?"

"Sialan, jangan membuatku semakin emosi Ferdinand, katakan saja dimana kau sembunyikan cucuku, aku benar-benar tidak peduli dengan anak yang lainnya, yang terpenting kembalikan cucuku padaku!" ucap Arlan penuh penekanan.

"Kau harus mengikuti apa yang ku katakan, jika kau ingin bertemu cucumu"

"Katakan apa yang harus aku lakukan, Ferdinand jangan coba - coba kau mempermainkanku!"

"Kau tak bisa lagi menekanku seperti dulu, kau yang sekarang harus tunduk pada perkataanku, jika kau tidak mau ya ucapkan selamat tinggal pada cucu kesayanganmu itu, anak itu akan menyusul ibunya"

"Tidak, jangan coba - coba kau melukai cucuku, Shasha bantu Papa Sha"

"Bodoh kau meminta putrimu membantunu, jelas sekali jika putrimu masih hidup ia akan sangat kecewa melihat hal ini terjadi, sudah kubilang putrimu tau yang kau lakukan, meski tak seluruhnya termasuk pernikahannya, kau buat semua seakan - akan milikmu, kau mencoba membuat semua orang dalam kendalimu, tidak tuan Arlan yang terhormat, tak semua hal bisa kau dapatkan dengan mudah" ucap Ferdinand melalui pengeras suara.

"Aku sudah membawa yang kau mau, uang dengan nominal yang kau minta, bahkan jika kurang aku sanggup memberikan nominal berapapun nilainya untukmu, asalkan kau tidak melukai cucuku, Ruisha satu-satunya yang berharga yang putriku tinggalkan, jadi aku mohon kembalikan ia padaku"

"Bagus jika kau menyiapkannya, kau pikir kau bisa menyogokku dengan uang harammu itu? Arlan aku bukan anak kecil yang menangis dan diam saat diberi balon atau permen aku tak segila itu pada hartamu" ucap Ferdinand

Membuat Arlan mengepalkan tangannya. Bisa - bisanya Ferdinand membuatnya tak berkutik seperti ini.

"Cukup ikuti aturan main yang kubuat, jika kau benar - benar menginginkan cucumu dalam keadaan hidup"

"Baiklah, aku akan mengikuti aturan yang kau buat, katakan apa yang harus aku lakukan sekarang" ucap Arlan kesal

"Pertama suruh orang - orangmu untuk keluar dari rumah ini, kau hanya boleh sendirian untuk masuk menemui cucumu"

"Kalian keluarlah, biarkan aku sendiri"

"Tapi Tuan—"

"Aku akan  menghubungi kalian jika terjadi sesuatu" ucap Arlan lagi

Dan sepeninggal orang kepercayaannya, Arlan mulai melakukan semua yang di katakan Ferdinand hingga ia masuk ke sebuah ruangan yang ia harapkan cucunya berada di sana.

Namun yang ia temukan adalah Ruanth, yang nampak bersandar pada tembok, entah apa yang terjadi padanya ia tidak peduli. Dan akhirnya ia baru menyadari bahwa ia sedang dipermainkan oleh Ferdinand.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang