Fine

632 49 3
                                    

Ferdinand terlihat geram, baru saja ia dihubungi oleh Arlan. Arlan benar - benar membuatnya kesal. Ryuna dan Lyanna yang melihat ayah mereka sampai mengepalkan tangannya itu, nampak memilih untuk dia. Keduanya paham ayahnya itu sedang marah.

"Apa lagi yang dia katakan kali ini, Om?" pertanyaan itu meluncur dari Mitha tanpa rasa takut seperti kedua sepupunya.

"Dia hanya bisa menggertak, ia pikir saya takut dengan ancamannya? Bodoh, padahal dirinya sendiri yang ketakutan" ucap Ferdinand

"Maksud Papa?"

"Papa tahu maksud liciknya, ia ingin mencuci tangan seakan tidak terlibat dan melimpahkan kesalahan pada kita, padahal dia sendiri ikut serta dalam rencana ini, dia otak dari semuanya" jawabnya

"Lebih tepatnya Om memperalat dia untuk balas dendam gak sih, Om yang fasilitasi dia untuk balas dendam"

"Dia saja yang bodoh Mitha, dia pikir dia siapa?". Ferdinand mengesap tembakau yang ada di mulutnya kepulan asap mendominasi tempat mereka sekarang, lalu ia tertawa, kali ini misinya pasti berhasil, ia begitu percaya diri.

" Ayo, jalankan rencana itu" ucapnya dengan seringai yang siapapun melihatnya sudah dipastikan bergidik ngeri.

"Ruisha Natalie Satrya, berikan anak itu padaku setelah kau berhasil menculiknya"

"Kita buat surprise untuk kakeknya itu yang sudah berani mempermainkan seorang Ferdinand"

"Papa benar - benar akan membunuh anak itu?"

"Kita lihat nanti, Mitha untuk cucu Bayu dan Agung saya serahkan kepadamu, bermain dengan cucu keluarga Satrya dan Wijaya lebih menarik buatku sekarang membuat anak itu menyusul ibunya bukan hal buruk kan?"

"Om gila, tapi aku juga penasaran bagaimana kalau itu terjadi pada cucu keluarga Natama juga" ucap Mitha menyeringai membuat Lyanna dan Ryuna lagi - lagi bergidik ngeri terlebih Lyanna, bagaimanapun ia seorang ibu, bahkan saat bersembunyi saat ini ia sangat merindukan anaknya, sejujurnya ia sudah lelah mengikuti kemauan Papanya namun ia juga tidak sanggup jika harus mendekam di jeruji besi.

.

Katrina tidak dapat menahan gejolak dalam perutnya sejak dini hari mual menguasai dirinya, bahkan kini ia terlihat lemas di pinggiran wastafel, tidurnya cukup terganggu padahal ia lelah sekali. Jonas berada di sampingnga, ia memberi pijatan lembut pada tengkuk dan punggung sang istri.

"Masih mual?" tanya Jonas sambil membubuhkan minyak angin pada tubuh Katrina.

"Udah gak semua tadi sih" Katrina nampak tidak bertenaga dan sedikit pucat. Ia beralih ke meja mengambil air hangat.

"Sayang, minum dulu". Katrina menenggak setengah gelas lalu memberikannya kembali pada Jonas.

"Udah enakan?" tanya Jonas kembali, lelaki itu memastikan kenyamanan Katrina.

Katrina hanya mengangguk, matanya setengah mengantuk. Jonas terkekeh, ia gemas sendiri melihat wanitanya itu sudah seperti keponakannya si kembar Zion Zean yang dipaksa untuk bangun pagi, padahal hari sudah cukup terang.

Jonas mengelus kepala Katrina lalu berjongkok menghadap perut Katrina, ia kecup dan membisikkan sesuatu

"Hai baby, tumbuh dengan baik di dalam sana ya, tapi untuk saat ini bisakah biarkan mama beristirahat?"

"Thank you sayangnya Papa" Jonas menjawabnya sendiri lalu kembali berdiri. "Ayo ke kamar masih ada satu jam untuk tidur kamu keliatan capek banget"

"Temenin". Jonas mengangguk sebagai jawaban lalu menuntun Katrina kembali ke kamar.

Never GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang