APA yang bisa gadis seperti Rindang lakukan ketika lelaki marah dan gelap mata seperti Robert sudah mengamuk. Tidak ada. Kecuali berontak dan mengamuk sekuat tenaga. Dia berteriak, tapi bibirnya tersumpal tangan atau langsung bibir Robert. Dia menendang, memukul, dan terus menggerak-gerakkan tubuh. Kepalanya bergerak ke mana pun untuk menghindari serbuan bibir Robert.
Dia sangat tidak terima pada pelecehan Robert. Ini penghinaan. Darah layak tertumpah untuk mengembalikan harga dirinya. Tidak ada kata pasrah dalam pikiran Rindang kali ini. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup berlumur hina.
.
Krek
.
Baju yang dia pakai sobek, menyingkap kulit di balik dada. Robert makin gelap mata melihat keindahan yang terbuka di depan mata. Rindang makin panik, makin ketakutan, makin berusaha mengumpulkan tenaga. Kainnya bahkan sudah tersingkap makin ke atas ulah Robert dan gerakan-gerakan tubuhnya.
Dia makin terhina, makin marah, makin panik, dan takut. Tubuhnya makin terbuka, Robert makin leluasa melecehkan dirinya. Tidak mau menyerah, Rindang terus berontak bergerak acak dan keras, membuat Robert kesulitan menjinakkan Rindang. Kali ini tidak ada Rindang yang pemalu dan anggun. Tidak ada Rindang yang pendiam. Hanya ada wanita tangguh yang berusaha mempertahankan harga diri dan kehormatannya.
Tangannya menggapai-gapai mencari apa pun untuk melukai Robert. Jika benda itu tidak bisa melukai Robert, benda itu bisa melukai dirinya sampai mati. Itu tekatnya ketika dia makin meraa sulit bertahan. Dia tidak mau mengizinkan Robert menikmati tubuhnya ketika dia masih hidup. Lebih baik dia mati sekarang saat dirinya masih suci.
Rindang terus bergerak. Gerakan yang membuatnya berpindah tempat dan akhirnya tangannya berhasil merasai sebuah benda keras. Sebuah dahan. Segera saja dia ambil lalu—
.
BUG
.
Dahan itu menghantam kepala Robert. Seketika mata Robert menggelap, gerakannya berhenti, kunciannya di tubuh Rindang mengendur. Tak menunggu waktu, Rindang mengambil kesempatan itu. Dia mendorong tubuh di atasnya secepat mungkin, lalu berdiri, lalu tanpa menghiraukan kondisi tubuh dan pakaiannya, termasuk luka di kakinya, dia berlari secepat mungkin.
Sambil berlari dia berusaha merapikan pakaiannya. Dia berhasil menyelamatkan kainnya hingga menutup rapi tungkainya meski sambil berlari. Dia menangis sepanjang berlari. Tangannya tak berhenti menghapus air mata dan sebelah lagi menahan koyakan pakaiannya di dada. Dia terus berlari mencari jalan tercepat menuju rumah. Melewati batas desa, melewati ladang, dan—
.
BRUGH
.
Dia sudah berakhir di dada seseorang. Mengetahui dia menabrak orang, panik, Rindang berusaha kembali berlari.
"Rindang?" Rindang mengenali suara itu. Suara yang sangat jelas menyuarakan keterkejutannya dengan kedatangan Rindang yang mendadak. "Ada apa? Kau dari mana? Kenapa?" cecarnya cepat sambil berusaha menenangkan gerak kasar Rindang.
Rindang makin mengenali suara itu, dia berhenti bergerak dan mendongak. Melihat wajah yang sudah sangat dia kenali, dia seperti ingin pingsan saja. Berakhir di pelukan lelaki itu sambil melanjutkan tangis ketakutannya. Dia sungguh-sungguh menangis sambil memeluk lelaki itu.
Udayana.
"Sshh... tenanglah. Kau sudah aman." Udayana balas memeluk sambil mengelus punggung Rindang. Setelah tangis Rindang sedikit reda, dia bergerak mengarahkan Rindang ke arah dangau. Di sana, dia menunggu Rindang lebih tenang lalu membantu gadis itu duduk. Isaknya masih tak bisa berhanti. Wajahnya kacau dan sebelah tangannya terus meremas pakaiannya di bagian dada.
![](https://img.wattpad.com/cover/357534445-288-k671452.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3, Kala Cinta Menyapa
Romance[Lereng Gunung Bromo, Hindia Belanda, 1831] . "Lalu untuk apa kau menculikku? Membawaku begitu jauh ke tengah hutan?" Diam. Senyap. Ells menunggu jawaban penculiknya. DIa benar-benar butuh jawaban itu untuk kemerdekaannya. "Ayahmu membunuh kakekku."...