58, Aneh

7 1 0
                                        

SANG kala bergerak, terus berjalan. Matahari dan bulan silih berganti menghiasi langit. Burung hantu dan burung perkutut bergantian bersuara. Hujan dan panas pun bergantian mengisi ruang udara di sana. Tapi kebersamaan itu semakin erat. Dunia seluas hutan membebaskan mereka bercengkerama bersama. Tak ada sekat lagi. Setiap sudut hutan adalah rumah mereka.

Tanpa terasa, purnama kedua akan terlewati. Alam begitu memanjakan mereka. Berdua, hanya mengambil apa yang mereka perlukan. Menghabiskan seluruh hasil buruan, mengumpulkan makanan lalu menyimpannya rapi. Alam tak pernah murka. Berdua mereka menyatu dengan alam. Menolong apa pun yang perlu pertolongan seperti dulu Airlangga menolong anak rusa yang kakinya terjepit batu. Mereka memperbaiki sarang burung, membantu kancil melahirkan, atau mengobati luka kera. Semua mereka kerjakan sambil bermain bersama hewan-hewan itu.

Ells membiarkan tupai memanjat tubuhnya, membiarkan tikus hutan mengendusi kakinya, menangkap ikan dengan tangannya, bahkan bisa mengelus lembut bulu raja hutan. Dia berani melakukan itu. Ternyata mereka tidak sejahat seperti cerita yang selama ini dia dengar. Ternyata mereka sangat bersahabat.

Ini surga.

Surga mereka di bumi.

Ketika langit dan bumi bertemu, itulah surga.

***

"Angga, tutup jendela itu, Sayang..." Ells menarik selimut menutupi wajahnya.

Hari yang baru datang. Matahari bersinar cerah. Cahayanya masuk mengisi ruang kecil rumah pohon itu. Cahaya yang jatuh ke kulit indah Ells, menghangatkan tubuh itu terlihat begitu indah di mata Airlangga.

"Ini sudah siang, Ells." Airlangga menutup kembali jendela itu. Demi Ells, dia mengabaikan keindahan Ells bersanding dengan cahaya.

Keinginanmu adalah titah untukku, Sayang.

"Aku masih mau tidur, Angga." Ells tetap bersuara merajuk meski sudah jelas jendela itu tertutup rapat. "Matahari terlalu menyilaukan. Mataku sakit."

"Tidurlah." Membelai kepala Ells, Airlangga merapikan selimut yang menutupi tubuh istrinya. "Aku akan berburu sebentar." Mengecup pelipis Ells sebelum berdiri dan meluncur turun.

***

"Aku mau burung dara, Angga..." Ells merajuk ketika Angga membawakan kelinci untuknya.

"Tapi biasanya kau lebih memilih kelinci, Sayang..." Airlangga merasa heran. Ells tak pernah meminta burung dara, atau burung lainnya, atau bahkan unggas lain.

"Aku mau burung dara!" Sambil tetap merajuk, Ells mulai memakan kelincinya.

"Nanti kucarikan burung dara. Sekarang makanlah dulu kelincimu." Airlangga membelai rambut Ells.

"Tapi aku mau sekarang." Ells mulai menggigiti tungkai kelincinya. Gemeletuk giginya ketika menggerus tulang rawan terdengar jelas, tapi wajahnya tetap merajuk.

Tersenyum, Airlangga bangun, "Baiklah... kucarikan kau burung dara. Tunggulah."

"Dan kau akan meninggalkanku sendirian lagi?" merajuk, tapi sambil menjilat jemarinya.

Ugh ... dia mulai lagi....

"Bagaimana caranya aku mencari burung dara jika aku tetap di sini, Ells. Atau kau mau ikut?"

"Tidak. Aku lelah, aku mau tidur lagi."

"Lalu?"

"Tunggulah sampai ada burung dara hinggap di dahan."

Menarik napas panjang, "Baiklah..." Airlangga kembali melanjutkan makannya. Ells, walaupun menolak kelincinya, tetap makan dengan lahap.

Ells melepas ikatan kainnya, membiarkan dadanya terbuka.

3, Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang