60, Hadiah

7 2 0
                                        

AIRLANGGA dibangunkan tubuhnya sendiri sesuai jadwal hariannya. Hari masih sangat pagi, bahkan matahari pun masih malas memancarkan sinar. Nyaris tanpa geliat, tubuhnya langsung siaga saat teringat ada hal penting yang ingin dia kerjakan. Perlahan dia berusaha melepaskan diri dari lilitan Ells yang meringkuk nyaman di ketiaknya. Tersenyum, dia menarik tangannya sambil mencium bagian mana pun dari tubuh perempuannya yang terdekat dengan bibirnya.

"Jangan buka jendela itu, Angga." Ells menggeliat ketika merasakan pelukan Angga mengendur. "Kemarilah lagi, Angga. Aku dingin." Tangannya terjulur menggapai lelakinya, meminta pelukan lagi.

"Tidak, Ells ... aku hanya akan mematikan pelita." Fajar telah datang. Matahari mulai menggeliat.

"Apa ini sudah pagi, Angga?" Dia merengek, entah untuk apa. "Terlalu gelap. Aku tak suka."

"Sebentar lagi matahari datang, Sayang." Airlangga hanya menggeleng saja untuk keanehan Ells. Tak suka terang tapi tak mau gelap.

Menggerutu kesal, Ells bergelung memunggungi Airlangga sambil menarik kain pengganti selimut. Dia ingin kembali tidur.

"Sayang, berbaringlah sebentar." Airlangga membelai lengan Ells, menariknya agar berbaring. Tapi Ells menolak. Apalah arti tarikan tangan Airlangga yang memang tidak diniatkan menarik, hanya untuk mengalihkan perhatian saja.

"Aku masih mengantuk. Tidurlah lagi, Angga. Tidak bisa kah kau tidak menggangguku di pagi hari?"

Airlangga menyeringai lebar untuk kebenaran itu. Selama ini dia selalu mengganggu pagi Ells untuk menuntaskan gairahnya. Tapi tentu tidak untuk yang kali ini.

"Ayolah, Ells, berbaringlah sebentar."

"Tidak mau. Aku mau tidur. Jika kau memaksa, terserah saja. Kau bisa datang dari mana pun yang kau suka."

"Ells, sayang, ini bukan untuk urusan itu. Ada hal penting yang ingin kuketahui darimu."

"Nanti siang saja."

"Ells—"

"Tidak bisakah kau diam, Angga? Kau sungguh mengganggu. Aku hanya ingin tidur."

"Sebentar saja, Sayang. Ada yang benar-benar ingin kuketahui dari tubuhmu."

"Tanyakan saja."

"Tidak bisa, Ells. Aku harus meraba tubuhmu."

"Hah!" Ells langsung membalas sambil berteriak kesal. "Kukata juga apa. Pasti tidak jauh-jauh dari urusan itu!" Dia duduk dengan tangan bersedekap di perut. "Tidak ada! Aku tidak mau. Aku mau tidur!" Ells langsung membanting tubuh membelakangi Airlangga lagi.

Keengganan Ells melayaninya semakin membuat Airlangga curiga. Dia kembali memaksa Ells. Kali ini dengan menggelitiki pinggang wanitanya. Membuat Ells muntab. Kekesalannya sudah di ujung kepala, tapi itu membuat Airlangga mengulum senyum. Dia terus memaksa. Dengan belai, dengan gelitik, dengan kecupan, dengan rabaan. Semua dia lakukan. Penolakan Ells sangat aneh. Sangat tidak lazim. Namun itu semakin membuatnya yakin, ada yang salah dengan tubuh Ells. Atau ada yang benar? Itulah yang akan dia lakukan. Mencari kebenaran dugaannya.

Dengan gerutuan tak putus Ells akhirnya bergerak. "Ada apa, Angga. Kau benar-benar mengganggu tidurku." Akhirnya dia mengubah posisinya menjadi menghadap ke lelakinya.

"Maaf. Sebentar, Sayang."

"Pastikan benar-benar sebentar. Sebelum aku benar-benar marah padamu," ancamnya.

Airlangga tersenyum dan mengangguk lalu mengatur kaki Ells agar menekuk, kemudian dia mulai meraba tepat di atas kewanitaan Ells. Mata mengantuk dan wajah kesal Ells mengikuti gerakan tangan Airlangga.

3, Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang