91, Rindu yang Lain

8 2 0
                                    

SUARA pagi membangunkan Airlangga dari tidur lelapnya. Dingin fajar menyelusup ke sela pori-porinya yang berselimut tubuh hangat Ells. Perlahan dia menggeliat. Pelan, berusaha agar Ells tidak terganggu geliatnya. Tapi tetap, gerakannya membuat Ells yang setengah telungkup di dadanya ikut bergerak. Namun, cukup dengan belai lembut Ells kembali terbuai. Bergerak sekadar untuk mempererat pelukannya, Ells kembali lelap. Airlangga hanya tersenyum.

Bahagia.

Menikmati pagi sambil terus membelai rambut Ells. Membiarkan berkas matahari menerobos masuk melalui lubang angin di atas jendela. Gurat matahari jatuh di wajah lelap Ells, cahaya menambah keindahan alami seorang wanita yang lelap. Tak bosan dia menatap dan membelai Ells.

Airlangga akan terus membiarkan cahaya itu bermain di kulit bersih Ells seandainya saja cahaya itu tidak mengganggu retina Ells. Akhirnya Airlangga menghalangi berkas yang masuk dengan selimut, tapi Ells terlanjur terganggu cahaya itu. Dia bergerak melepaskan pelukannya, bersembunyi di balik bantal sambil menarik selimut.

Tersenyum, Airlangga selalu terpesona dengan pemandangan di depannya. Ells yang tidur, lelap, di rumah mewahnya, dan ada dia di sini menemaninya. Menjaganya. Ini seperti mimpi yang dulu bahkan tidak pernah dia mimpikan. Hidup telah sangat bermurah hati padanya.

Bahagia.

Tapi sekelebat asa menghalangi laju bahagianya.

Sampai kapan?

Sampai kapan aku, kami, tinggal di rumah ini?

Jiwanya sulit menyatu dengan rumah ini. Hutan, desa, dan alam Bromo berteriak memanggilnya.

Menarik napas panjang, Airlangga bergerak, perlahan bangun dari ranjang hangatnya. Melihat Ells sudah terhalang sempurna oleh bantal dan selimutnya, dia berjalan ke jendela. Membuka lebar jendela yang mengirim udara dingin dan hangat matahari pagi ke dalam kamarnya.

Pandangannya nanar menatap hutan.

Aku tidak mungkin tinggal di sini selamanya. Ells bersedia ikut ke mana pun aku pergi. Tapi apa Ells mau meninggalkan ayahnya sekarang? Apa aku akan selamanya tinggal di sini?

Airlangga membiarkan jiwanya pergi ke hutan, menerobos perdu dan memanjat rindangnya pepohonan. Meninggalkan raganya berdiri terpaku di jendela bermandi cahaya matahari pagi.

Sudah nyaris tiga pekan dia di sini. Tiga hari tersiksa meregang nyawa. Tiga hari berjuang antara hidup dan mati mempertahankan nywa. Dia sangat bersyukur nyawanya masih bertahan menempel di tubuhnya. Dia berhasil merajut kembali benang-benang kehidupan untuk menimang nyawa. Bekas luka masih sangat membekas. Masih menimbukan nyeri dan perih. Masih membuatnya hati-hati bergerak, masih sering membuat Ells memekik ngeri.

Sepekan lebih dia sudah bisa berpikir tentang masa depannya. Namun semua dia simpan sendiri saja. Dia tidak mau mengganggu kebahagiaan Ells melihatnya berangsur pulih. Ellsnya yang kekanakan bisa demikian sabar mengurusnya. Pun dia sudah seperti sekarang, Ells masih melayaninya.

Dia memang masih hati-hati bergerak, tapi bukan hanya karena nyeri saja. Apa yang bisa dia lakukan di ruang sesempit ini? Kamar ini memang besar, tapi dibanding hutan, dia merasa terkungkung.

Sekarang dia masih terkurung di sini. Sampai kapan? Dia bahkan tidak pernah melewati pintu kamar. Semua kebutuhannya ada di sini atau dimasukkan ke sini. Tubuhnya kaku bekas luka sekaligus kaku tak pernah bergerak.

Mungkin ini istana, tapi sejak awal dia melihat rumah ini—istana ini—dia yakin dia tidak akan betah di sini. Mungkin ini yang disebut karma. Dia harus tinggal di sini, di tempat yang dulu dia hina.

Ah, karma memang akan datang untuk semua hal baik atau buruk yang sudah manusia kerjakan.

Bagaimana caranya melepas karma ini? Dia sangat yakin dia tidak bisa tinggal lama di rumah ini. Bagaimana caranya membawa tuan putri ke gubuknya? Ah, sejak awal memang perbedaan mereka terlalu banyak. Jurang itu terlalu jauh, terlalu lebar, dan terlalu dalam untuk dijembatani hanya oleh cinta. Mereka sudah berkali-kali terseok merajut jembatan cinta. Mungkin mereka berhasil tapi berkali-kali juga mereka butuh jembatan baru untuk masalah yang baru.

3, Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang