21, Cucu Kepala Desa

11 3 0
                                    

ROBERT bergegas turun dari kudanya ketika melihat van Loen berjalan menuruni tangga rumah. Sepertinya lelaki tua itu hendak pergi. Siang sudah berganti menjadi petang.

"Om mau ke mana?" Robert menjulurkan tangan sebagai pegangan van Loen turun.

Lelaki itu mendadak terlihat semakin tua. Ringkih berjalan goyah mencari pegangan. Semakin hari van Loen semakin terlihat layu. Perubahannya sangat cepat dibanding ketika Robert pertama bertemu di pesta ulang tahun Ells. Robert mengerti kesedihan van Loen. Kehilangan anak gadis satu-satunya setelah kematian istri tentu sangat memukul batin lelaki tua yang jauh dari tanah leluhur. Tentu dia semakin merasa sendiri dan kesepian.

"Om mau ke hutan."

"Untuk apa? Ini sudah terlalu sore."

"Om ingin tahu kabar pencarian Ells."

"Belum ada kabar terbaru, Om. Aku baru dari hutan."

"Siapa tahu ada kabar terbaru ketika kau pergi."

Robert menyembunyikan dengus.

"Om tunggulah di sini, biar aku kembali ke hutan. Medan di sana terlalu berat untuk Om datangi. Kecuali Om hanya ingin menunggu di tepi hutan, Om bisa menggunakan kereta."

"Tapi Om mau tahu kabar terbaru, Nak. Di tepi hutan tidak akan ada kabar baru."

"Aku akan ke hutan sekarang menyusul tim pencari, lalu segera mengabari Om. Bagaimana?" Robert mengarahkan van Loen kembali menaiki tangga.

"Baiklah. Om pun merasa sangat lemah. Tak sanggup berkuda, tapi kereta tentu tidak bisa masuk ke hutan."

"Tentu. Om tunggulah di rumah. Aku pergi sekarang."

***

Yang terjadi adalah Robert hanya ke istal di belakang rumah, menyuruh satu orang pekerja istal memanggil Topan di hutan. Di rumah van Loen, tepatnya di depan istal, Robert menunggu gelisah. Duduknya tak tenang. Sebenarnya, kehadiran Robert membuat pekerja merasa terganggu. Tuan muda itu seperti sengaja mencari-cari kesalahan mereka. Sering kali dia memaki dan membentak pekerja padahal tidak ada kesalahan yang terjadi. Dia bisa memaki seseorang yang menghalangi pandangannya atau alasan-alasan kecil tak masuk akal.

Hari menjelang petang, para pekerja bekerja tergesa mengejar waktu dan kehadiran Robert mengganggu mereka.

"HEH!" bentaknya pada seseorang yang lewat agak jauh darinya. Yang diteriaki langsung menghentikan langkah lalu berdiri menghadap Robert meski dia tidak mau mendekat. "Mana Topan?"

"Saya tidak tahu, Tuan."

"Verdomme!"[1]

Punggung pekerja itu sudah sangat membungkuk menghormat tapi tetap saja Robert membentaknya kasar untuk jawaban itu.

"Suruh dia segera ke sini! CEPAT!"

"Baik, Tuan." Pekerja itu langsung melarikan diri. Dia tidak bermaksud mencari Topan, dia benar-benar melarikan diri. Tuan muda ini aura membunuhnya lebih kental dari tuan mereka yang asli.

"Ck. Kenapa inlanders bodoh itu lama sekali?" Sudah sejak tadi dia memanggil Topan. Jengkel, tapi dia terpaksa tetap menunggu. Sampai akhirnya yang ditunggu datang. Pekerja yang melihat Topan langsung menarik napas lega.

"Ada kabar baru?" bentak Robert sebagai kata pembuka pada Topan yang baru saja datang.

"Belum ada, Tuan."

Huh! Bukankah kau pun baru dari hutan, Tuan Muda? Untuk apa pertanyaan itu?

Jauh di luar hutan, hari yang sudah petang membuat pencarian Ells harus dihentikan. Topan yang berjalan pulang berpapasan di tengah jalan dengan pelayan yang disuruh Robert untuk memanggilnya. Akhirnya mereka pulang bersama. Robert bermaksud melaporkan hasil keja hari itu langsung pada van Loen tapi terhalang tuan muda yang memanggilnya.

3, Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang