57, Kabar Baru

7 2 0
                                    

LALU setelahnya tidak ada kabar lain lagi. Berhari-hari sampai melewati pekan kembali mereka berkutat berputar di area yang sama. Van Loen kembali putus asa. Dia merasa anaknya sudah begitu dekat tapi tetap tak teraih. Itu membuatnya ... jengkel? Marah? Panik? Semua. Semua dia rasakan.

.

Tok tok tok

.

Suara ketukan pintu mengganggu lamunannya. Lalu pintu itu terbuka tanpa dia mengizinkan mengantar Robert masuk. Van Loen hanya menarik napas lelah melihat aura yang Robert bawa. Dari gurat wajahnya jelas terbaca bahwa dia tidak membawa kabar baru. Van Loen kembali menoleh ke arah hutan melalui jendela yang terbuka lebar.

Di mana kau, Ells? Apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Papa sangat merindukanmu. Pulanglah, Nak. Papa akan penuhi semua maunya. Katakan itu pada penculikmu.

Selalu itu yang dia tanyakan pada angin melalui bisikan hati.

"Ehm." Robert berdeham mencuri perhatian. Van Loen menoleh dalam gerakan sangat lemah. "Bagaimana kalau kita mencari di sisi lain, Om?"

"Hutan sangat luas, Robert. Wilayah yang kita cari sudah sangat luas dan sudah bersisi-sisi dari titik awal Ells masuk hutan. Tanpa jejak, kita benar-benar mencari jarum yang tidak pernah jatuh di tumpukan jerami."

"Kalau begitu, kita pastikan dulu jarum itu pernah jatuh di sana."

"Selama ini kita juga melakukan hal itu kan?" Van Loen mendesah malas. "Kita mencari di daerah yang tidak berjejak sama sekali. Tapi nihil. Jejak itu memang tidak ada. Lalu untuk apa dilanjutkan?"

"Paman, jejak yang sekarang kita telusuri baru berumur sepekan. Sebelumnya jejak itu tidak ada. Karena itulah ketika kita dulu mencari di sana kita tidak menemukan jejak itu."

"Lalu?"

"Kupikir penculik itu kemarin sedang melihat-lihat kondisi di luar hutan. Ketika dia merasa bahwa pelariannya masih aman, dia kembali masuk hutan. Sudah sepekan berlalu, tidakkah dia bermaksud melakukan itu lagi? Memantau kondisi di luar hutan tapi dari sisi hutan yang lain. Apalagi jika dia sudah tahu bahwa jejaknya sudah terbaca, dia tidak akan keluar dari sisi itu melainkan dari sisi lain."

"Analisamu masuk akal."

"Maka mari kita perluas pencarian ke sisi lain. Kalau perlu, pindah saja. Penculik itu tidak akan muncul dari sisi yang sama. Dia akan mencari sisi yang paling jarang dilewati manusia."

"Dan sisi mana itu?"

"Saranku, sisi barat dari titik awal Ells menghilang."

Van Loen terdiam, berpikir sejenak sebelum mengetuk palu.

"Baiklah. Katakan pada Topan untuk membagi dua anak buahnya."

"Baik, Om. Aku pamit."

***

Robert memacu kuda menuju Topan. Dia hanya menunggu di tepi hutan menuggu Topan datang. Ketika orang itu datang, begitu berada dalam jarak dengar, Robert langsung berkata:

"Bagi dua pasukanmu, satu tetap di sini, satu lagi ikut saya."

"Maksud, Tuan?"

"Kita akan meluaskan daerah pencarian."

"Saya belum menerima perintah itu dari Meneer van Loen."

Tangan Robert langsung bergerak hendak menampar Topan, tapi Topan gesit mengelak.

"Turuti kataku, atau kuadukan kau sebagai pembangkang!" Mendesis, kepalanya kembali beruap.

"Tapi—"

3, Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang