FWB: 22

94 15 0
                                    

Waktu sore menjelang malam hari itu, di ruang tamu rumah Alvian, di hadapan lelaki itu Joy menangis sesenggukan. Meratapi cercaan dari Alvian yang terus menyebutnya lupa akan persahabatan mereka. Joy adalah wanita kuat, namun jika dia terus dipojokkan ia tidak bisa tahan untuk tidak menangis.

Alvian yang melihat Joy mulai meneteskan air mata, dan semakin lama, semakin deras jadi merasa bersalah. Mau marah lebih lama juga ia tidak tega. Hal yang akhirnya Alvian adalah memeluk erat sahabatnya yang menangis itu.

"Cup, cup, stop nangisnya. Gue udah maafin Lo kok," ujar Alvian menangkan Joy.

"Ta-tapi Lo jangan jauhin gue lagi ya," Joy berbicara terbata sambil menahan tangisannya.

"Iya, asal Lo juga jangan pernah ragu lagi buat cerita tentang masalah lo ke gue, itu juga berlaku buat gue. Kalau kita saling terbuka, siapa tahu nanti kita bisa mikir penyelesaiannya bersama." Alvian menjelaskan.

Joy mengangguk patuh dengan permintaan Alvian. Ia juga merutuki kebodohannya kerena tidak terbuka dan malah membuat masalah baru. Yang jelas sekarang, mereka sudah berbaikan. Tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk saling menjauh.

"Loh, Joy kamu apain Vi sampai nangis begitu!" suara kekagetan Mama menginterupsi Alvian dan Joy yang sedang berpelukan. Keduanya yang ikut terkejut, langsung saling melepas dan sedikit menjauh satu sama lain.

"Itu, anu mah—"

"—anu apa?!" sentak Mama sambil berkacak pinggang sebelum Alvian meyelesaikan kalimatnya.

"Joy habis curhat ke Alvian ma, sampai nangis. Vian cuma nenangin Joy, dia nggak salah," Joy maju sedikit lebih ke depan Alvian untuk membela lelaki itu. Serta ia juga ingin menenangkan Mama yang sudah terlanjur marah.

"Oh, kalau gitu ceritanya Mama nggak jadi marahin Alvian."

Akhirnya Mama tidak salah paham lagi. Setelah itu, kedua sahabat itu di suruh untuk makan. Sebab Mama baru selesai memasak.

Meskipun ia masih bau kantor, Joy dengan percaya diri untuk ikut makan di rumah Alvian. Dia sendiri sampai lupa jika belum mandi. Bahkan saat Alvian mengajaknya main game, ia masih mau dan mengesampingkan tubuh berekeringatnya itu. Sampai jam setengah tujuh malam, Joy akhirnya mengeluh kecapaian.

"Ya udah sana pulang, udah malam juga," Alvain mempause game dan menaruh stick play stationnya.

"Udah mau jam tujuh ternyata, gue pulang dulu deh," Joy menyetujui saran Alvian. Entah karena faktor sudah berbaikan, Joy jadi tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk terus bersama Alvian. 

"Tunggu, tunggu, ini baju lo buat ngantor kan?" Alvian bangkit dari duduknya dan menghentikan langkah Joy. Alvian baru sadar jika Joy sejak tadi masih pakai kemeja formal dan celana bahannya.

Joy melihat penampilannya, dan ingat bahwa dirinya pulang kerja tadi langsung ke rumah Alvian tanpa ganti baju atau membersihkan diri dahulu, "Eh iya, astaga lupa dari tadi gue belum ganti baju."

"Wah ni anak jorok banget, jadi lo dari tadi dalam keadaan belum mandi?" Alvian protes.

"Ho'oh, hehe maaf ya. Berarti gue nggak bau ya dari tadi."

"Udah lah sana, buru pulang terus mandi."

"Iya iya, kalau gitu gue pamit langsung lah."

"Hm," jawab Alvian singkat.

Joy segera pergi dari ruang tamu. Saat ia berjalan menuju pintu keluar, secara kebetulan dirinya bertemu Mama. Mau tidak mau, Joy harus pamit dengan beliau.

"Pulang Joy?" tanya Mama yang melihat Joy terburu-buru akan keluar.

"Iya ma, Joy langsung pamit ya. Soalnya mau mandi, dari tadi baru ingat kalau masih kotor. Oh iya, makasih makan malamnya ma."

"Sama-sama. Hati-hati ya."

Berhasil keluar dari rumah Alvian, Joy langsung meluncur ke rumahnya. Tanpa toleh kanan kiri, ia langsung lurus menuju kamar tidurnya. Joy bernapas lega karena tidak berpapasan dengan sang bunda. Karena kalau beliau sampai melihat Joy yang berantakan ini, bisa dimarahi habis-habisan. Dan kata andalannya setiap melihat Joy yang belum mandi adalah 'Kamu itu anak gadis, malu dong kalau keliahatan nggak keurus.'

Kini Joy memutuskan untuk segera mandi, ia sudah merasakan keringatnya semakin lengket. Ia sendiri juga jadi jijik, bisa-bisanya ia lupa mandi. Padahal hari-hari biasa ia selalu ingat untuk tampil bersih setidaknya.

**

"Hai," sapa Alvian pagi ini. Iya, sekarang hari minggu mereka sudah berjanjian untuk ke car free day bersama.

Jika car free day orang lain adalah jogging atau olah raga yang lain, beda lagi bagi Joy. Ia hanya ingin membeli jajanan yang dijual di sekitar jalur car free day. Biasanya banyak penjual makanan unik yang jualan di sana, kapan lagi ia bisa beli selain hari minggu.

Alvian sudah siap menjemputnya sejak jam enam pagi. Dan kini, ia sudah bertengger manis di depan rumah Joy. Oh, lelaki itu pakai Motornya lagi, sebab kalau naik mobil keluar dari parkirannya akan sulit mengingat antusias orang-orang setiap hari minggu.

"Ayo kita berangkat aja sekarang. Let's go!" ujar Joy begitu semangat setelah menaiki motor besar milik Alvian.

Motor melaju dengan kecepatan standart, jalanan pagi ini juga masih cukup sepi. Udaranya juga masih segar, mungkin karena belum banyak orang keluar memakai kendaraan bermotor. Untuk lokasi car free day, cukup dekat dengan rumah mereka. Hanya perlu waktu kurang lebih sepuluh menit untuk sampai sana. 

Alvian memarkirkan motornya disalah satu lahan parkir yang tersedia. Joy pun juga langsung turun begitu motor berhenti.

"Penjualnya masih sepi Vi. Lo sih ajaknya kepagian," protes Joy sebal. Kini ia masih harus menunggu lagi sampai banyak penjual membuka lapaknya.

"Tujuan car free day itu ya untuk olah raga Joy, bukannya buat beli jajan. Kita jogging dulu, selagi nunggu penjualnya semakin banyak."

"Hah, males."

"Kalau nggak mau gue tinggal sendiri."

"Aa, jangan. Ya udah iya, kita jogging."

Karena diamcam oleh Alvian, Joy akhirnya ikut saja berjogging bolak-balik di jalur car free day. Mungkin ada sampai lima kali mereka mengitari lokasi itu. Bahkan napas Joy sampai tersendat-sendat saking lelahnya.

Melihat sang sahabat sudah mau tepar, Alvian berinisiatif untuk mengajak Joy istirahat sejenak. Setidaknya misi Alvian untuk membuat Joy olah raga berhasil, sepertinya gadis itu sudah cukup tepat untuk mendapat hadiah darinya.

"Kita istirahat bentar. Selonjorin kaki lo pas duduk."

"Akhirnya, oke pak dokter."

"Lo mau beli makanan apa? Gue traktir hari ini, karena lo mau nemenin jogging." Alvian berujar setelah mereka hening sejenak untuk menetralkan napas.

"Serius?! Gue mau beli roti ikan sama susu racik," pinta Joy kepada Alvian.

Roti ikan yang di maksud Joy adalah roti berbentuk ikan khas Korea, biasanya berisi rasa-rasa. Ia sangat suka roti itu, sangat cocok di lidahnya. Apalagi dihari biasa ia tidak pernah menemukan penjual lain yang jual jajanan seperti itu.

"Oke, kalau gitu ayo kita ke sana."

To be continue

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang