FWB: 68

92 17 0
                                    

Hari ini sepulang kerja Joy langsung pulang. Ia dan Alvian memiliki janji temu untuk fitting baju. Joy tidak menyangka jika dua hari lagi acara sudah akan dilaksanakan.

Melewati tuju hari Ternyata begitu cepat menurut Joy. Dua hari lagi pernikahannya akan segera dilaksanakan dan sore ini ini adalah hari terakhirnya bertatap muka dengan Alvian, sebelum besok melakukan malam pingitan. Sebenarnya Joy dan Alvian tidak ingin ada malam semacam ini, karena menurut mereka sekarang adalah zaman modern dan malam pingitan tidaklah perlu dilakukan.

Mereka sekarang telah berada di butik untuk melakukan fitting kebaya dan gaun yang akan Joy kenakan lusa. Joy sudah merasa puas dengan hasilnya, begitu juga pakaian yang akan dikenakan oleh Alvian. Lelaki itu juga sudah cukup puas dengan desain nya.

"Mungkin kalau satu hari sebelum hari-H kamu mau puasa, gaun ini akan bisa pas banget dipakai di tubuh kamu Joy. Tapi kalau memang kamu enggak bisa, enggak masalah kok karena sekarang juga udah cukup pas. Tapi kamu sudah merasa nyaman nggak?" tanya Tante Hilda uang tengah memasangkan gaun ke tubuh ramping Joy.

"Memang agak sempit sih tante, mungkin saran tante untuk puasa bisa aku lakuin," jawab Joy menyetujui. Gadis itu memang merasakan sedikit ketat saat ini, pasti karena ia baru makan malam tadi. Berat badannya sepertinya bertambah beberapa gram.

"Okelah kalau gitu, jadi tinggal satu hari lagi ya ini gaunnya mau dipakai."

"Iya tante."

"Tante doakan semoga lancar. Oh iya, tante ada bingkisan buat kamu."

Tante Hilda berjalan menuju ke suatu ruangan yang sepertinya merupakan ruang pribadinya, dan mengambil suatu bingkisan yang akan diberikan kepada Joy.

"Aduh Tante, jangan repot-repot," ujar Joy begitu diserahi sebuah paper bag yang dikeluarkan oleh Tante Hilda dari ruangannya.

"Enggak apa-apa Joy, dulu Seri saat mau nikah juga Tante bawain ini kok," Tante Hilda bersikeras menyerahkan papper bag itu mau tidak mau, Joy harus menerima sebagai bentuk kesopanan. Ia masih berdua dengan tante, sedangkan Alvian berasa di ruangan fitting khusus laki-laki.

Tanpa menunggu lama Joy segera membuka bingkisan yang terletak di dalam paper bag pemberian dari Tante Hilda. Tangannya meraih sebuah kotak di dalam dan mengeluarkannya ternyata di dalam sana berisi sebuah lulur badan, sabun mandi, dan juga ada masker perawatan wajah. Dan semua di dalam sana tertulis merupakan bahan organik.

Joy cukup bingung dengan hadiah itu, karena dirinya pun juga punya kalau hanya lulur dan masker wajah.

"Ini lulur dan masker wajah punya khasiat untuk mencerahkan, kalau kamu pakai ini dalam mendekati hari pernikahan tante jamin Alvian bakal pangling sama kamu. Ini juga herbal kok terbuat dari bahan-bahan tradisional," jelas Tante Hilda antusias. Sepertinya ini memang rangkaian perawatan di rumah yang bisa digunakan untuk mencerahkan kulit. Joy pernah dengar, kalau orang dulu memang memakai suatu perawatan yang bisa membuat orang pangling saat pernikahan nanti.

Joy jadi terharu, tante Hilda benar-benar baik padanya. Ia jadi merasa harus menerima pemberian dari beliau dan memakainya. Ini merupakan kesempatan bagus untuk mencoba bahan-bahan yang ada di dalam paper bag ini.

"Terima kasih tante Hilda. Aku bakal pakai mulai besok," ucap Joy.

"Bagus, kalau gitu habis ini kamu dan Alvian mau pulang?"

"Iya tante, kami harus istirahat karena besok juga merupakan hari terakhir kami kerja, sebelum cuti. Jadi akan banyak pekerjaan menumpuk."

"Oalah, ya udah hati-hati ya."

Joy mengangguk sebagai gestur berpamitan. Sepertinya Alvian telah menunggunya di luar. Uniknya di butik milik Tante Hilda, pasangan calon suami istri tudak boleh melihat satu sama lain jika saat fitting. Sehingga Alvian di ruang sendiri, begitu pula Joy.

Benar saja, saat keluar ia bisa melihat Alvian duduk di ruang tamu pelanggan. Alvian langsung berdiri begitu melihat Joy keluar ruangan. Menyapa Tante Hilda juga sekalian berpamitan.

"Tante Hilda, sepertinya kami harus buru-buru pulang. Maaf tidak mampir lebih lama," ujar Alvian sedikit merasa tidak enak.

"Nggak papa Alvian, kata Joy kalian masih harus bekerja besok. Semangat ya," balas Tante Hilda tidak begitu mempersoalkan.

"Iya, makasih tante. Kalau begitu kami pamit."

"Hati-hati."

**

"Gimana kebaya dan gaun yang lo coba," tanya Alvian berbasa-basi. Mereka sudah berada di dalam satu mobil lagi, akan menuju rumah masing-masing. Alvian tidak tahan dengan diamnya Joy, sehingga ia mencoba membuka percakapan.

Karena sejak kemarin di mana Joy salah paham dan berakhir menangis dipelukannya, mereka jadi canggung. Entah karena apa, sepertinya Joy yeng memulai. Alvian jadi bingung bagaimana menanggapi sikap gadis yang notabene adalah sahabat sekaligus calon istrinya.

"Bagus kok, mungkin aku mau puasa besok. Biar makin pas proporsinya," jawab Joy, tanpa menoleh ke arah Alvian sama sekali. Dan memilih fokus ke jalanan sepi behias lampu dikanan-kiri.

"Puasa? Emang perlu banget?"

"Iya, nggak papa kok cuma satu hari aja."

Hening kembali menguasai mobil Alvian. Ia berkali kali mengetuk bundaran setir untuk mencari topik lain. Kenapa tiba-tiba ia jadi kehilangan pembicaraan bersama sahabatnya ini?

"Joy lo tau kan kalau besok kita dipingit?"

"Tahu lah," balas Joy.

"Lo bakalan betah nggak ketemu gue sehari?"

"Betah, kenapa nggak? Kita juga biasanya nggak ketemu beberapa hari bahkan."

"Tapi ini beda, sewaktu kita ketemu lagi, mungkin status kita udah beda."

Joy berpikir, benar juga. Mereka akan bertemu di hari pernikahan. Apakah ia siap berubah menjadi istri sah Alvian.

"Ada WA, kita masih bisa ngobrol kan."

"Iya sih."

Jujur saja, semenjak mereka akan menikah intensitas pertemuannya dan Joy menjadi sangat sering. Hampir setiap hari melihat wajah satu sama lain. Sepertinya jika tiba-tiba tidak melihat wajah Joy dalam sehari itu, pasti akan sangat beda. Mungkin saja Alvian akan rindu dengan tingkah konyol gadis itu.

"Vi, jangan kabur ya pas hari H. Kalau lo mau pergi ajak gue, jangan kabur sendirian," ujar Joy lirih.

Tiba-tiba? Joy masih menyangka jika Alvian berpotensi untuk kabur.

"Ya ampun, gue nggak akan kabur Joy. Persiapan pernikahan kita itu udah mateng, banyak uang yang udah kita habisin. Rugi dong kalau ditinggal kabur, " jelas Alvian.

"Bener juga, kita udah habisin banyak duit."

"Nah, itu ngerti. Lo kan tahu kalau gus sama lo itu nggak beda jauh. Kalau urusan duit bakal sayang banget."

"Iya sih. Oh iya, besok kita harus bagi-bagi undangan ke temen kantor."

"Hm, kenapa?"

"Nggak papa, pasti banyak yang kaget kalau gue tiba-tiba nikah."

"Kalau itu pasti, Romeo udah tau kan berita ini?," ledek Alvian.

"Udah kok."

TBC

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang