Tok Tok Tok
Suara gedoran pintu kamar mandi membuat Joy, yang kebetulan sedang ada di dalam gelisah. Alvian pasti berbuat ulah lagi, padahal tadi Joy sudah pamit akan mandi duluan, lagi pula ini masih sangat pagi untuk bersiap kerja.
"APA?" teriak Joy dari dalam. Siapa coba yang bisa tenang saat mandi, kalau pintu terus di ketuk dengan keras.
"Gue kebelet," sahut Alvian yang berada di luar kamar mandi.
Nah benarkan, tadi padahal Joy sudah tanya apakah Alvian ingin buang air atau tidak. Lelaki itu tak menjawab dan memilih kembali tidur. Kini saat Joy baru masuk ke kamar mandi selama 5 menit, Alvian sudah minta untuk bergantian.
"Gue belum selesai Vi, tunggu bentar!"
"Lama, keburu keluar, lo mau ngepel?"
Sial, ini juga karena kamar mandi luar masih masa perbaikan saluran air, sehingga hanya kamar mandi di dalam kamar ini yang berfungsi. Terpaksa Joy sementara menyudahi mandinya, ia memakai handuk untuk menutupi tubuhnya yang basah. Ia tidak sudi membersihkan lantai jika benar Alvian kebablasan karena tidak segera ia bukakan pintu.
"Cepet masuk, buruan ya gue harus lanjutin mandi habis lo selesai," peringat Joy di depan pintu.
Alvian yang kepalang kebelet mendorong Joy keluar tanpa menanggapi peringatan istrinya itu. Misi setoran paginya lebih penting daripada debat dengan Joy.
Joy memilih berjalan ke kasur, biarlah kalau ada basah-basah sedikit. Ia malas jika berdiri menunggu sampai Alvian keluar. Masih pagi, udara dingin, dan Joy yang hanya memakai handuk sebagai pelindung tubuh, lengkap sudah penderitaannya.
Tapi ngomong-ngomong, kenapa Joy bisa percaya diri hanya menggunakan handuk di saat ada Alvian. Ini kali pertama Joy mempertontonkan banyak bagian tubuhnya yang tidak tertutup kepada Alvian. Jika lelaki itu sadar, bisa malu Joy.
"Gue udah selesai," Alvian memanggil Joy agar segar kembali masuk ke kamar mandi. Cepat-cepat Joy berlari, tak lupa memegangi handuknya agar tidak melorot. Mau bagaimanapun Alvian tetaplah lelaki, bisa saja bernafsu saat melihatnya. Meskipun mereka sudah menikah, tetapi Alvian belum sekalipun meminta jatah batinnya kepada Joy.
Alvian yang masih di depan pintu, menatap istrinya yang berjalan cepat ke arahnya. Hanya memakai handuk, dengan potongan sebatas paha. Tubuh bagian atas Joy terbuka, dan bongkahan dada mulus Joy sedikit mengintip dibalik seutas kain handuk itu. Wajah Joy juga tampak segar meski tak memakai riasan, sungguh cantik. Ini pertama kalinya Alvian melihat sisi lain Joy, yang panas dan menggairahkan.
Ya Tuhan, batin Alvian menyebut.
Kalau begini cobaannya, bagaimana Alvian bisa menjaga nafsunya. Ia bisa saja lepas kontrol dan menyerang Joy sekarang juga. Alvian berkali-kali mengucapkan istigfar agar libidonya segera turun.
"Ngapain masih di sini, gue mau masuk," ujar Joy begitu Alvian masih bergeming menghalangi pintu masuk.
Tanpa suara, Alvian menggeser tubuhnya sehingga Joy bisa meraih gagang pintu untuk dibuka. Mata lelaki itu tak bisa teralihkan dari tubuh bak gitar Spanyol milik Joy. Beruntungnya Alvian berhasil mengajak Joy menikah, ia tak rela jika sahabatnya ini jatuh ke pelukan lelaki lain. Hanya Alvian yang boleh memiliki Joy.
"Joy," panggil Alvian serak, sebelum langkah istrinya memasuki kamar mandi.
"Apa?" dahi Joy mengeryit bingung, ada apa Alvian memanggilnya lagi?
"Gue mau minta sesuatu."
"Minta apa?"
"Ini."
Joy terkejut, Alvian langsung menyambar bibirnya. Memangut belah merah muda itu dengan tak sabaran. Alvian terus menuntut, membawa Joy hingga masuk ke dalam kamar mandi tanpa melepaskan pangutan panas itu. Alvian memojokkan Joy ke tembok, juga menahan kedua tangan istrinya supaya tak memberontak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Help! [Ongoing]
RomancePunya sahabat kalo nggak dimanfaatin ya buat apa? - Camila Joy Sahara Untung kenal dari orok, kalo nggak udah gua buang ke Afrika tuh sahabat sinting. - Alvian Jacka Swara