FWB: 33

78 14 0
                                    

"Nanti sore jadi Vi?" tanya Joy dalam telpon. Ia ingin memastikan saja kalau hari ini ia tidak perlu membawa mobil sendiri.

"Jadi lah, emang ada apa?"

"Bang Rehan minta gue buat jagain Risang malam ini. Soalnya Bunda, Ayah, sama Chandra lagi ke rumah eyang liburan. Sedangakan sepupu gue itu malah kencan sendiri sama istrinya soalnya mereka minggu udah balik lagi ke Jateng," jelas Joy begitu panjang.

Memang kakak sepupunya itu agak kurang berakhlak. Bisa-bisanya memanfaatkan Joy demi bisa kencan berdua dengan sang istri. Teganya menitipkan Risang kepadanya.

Mau menolakpun Joy juga tidak bisa. Apalagi waktu istri dari Bang Rehan memelas padanya. Runtuh sudah ego Joy untuk menolak permintaan itu. Apalagi keponakannya begitu lucu, hingga ia tidak bisa menolak untuk menjaga bayi itu.

"Ya udah, sekalian ajak Risang ke mall aja kalau begitu. Biar dia juga nggak kepikiran sama orang tuanya yang lagi quality time berdua."

"Sip, gitu aja. Kalau gitu gue mau berangkat kerja dulu, bye," pamit Joy dan langsung menutup panggilannya dengan Alvian.

Ayah, Bunda, dan Chandra sudah berangkat ke rumah eyang sejak tadi. Seperti sudah tradisi keluarga, setiap anak yang akan ujian, pasti meminta doa restu dari eyang dahulu sebelum hari H. Selain untuk meminta doa dari yang lebih tua, itu juga sebagai ajang silahturahmi.

Sejak pagi Bunda sudah menyiapkan sarapan bagi satu rumah, termasuk Rehan dan istrinya. Jadi Joy sudah sejak pagi buta bangun membantu bunda, dan ikut sarapan sebelum kedua orang tuanya pergi. Kini Joy ditinggal sendiri di ruang makan. Kedua kakak sepupunya, sedang sibuk mengurus anak pertama mereka.

Ia sudah pamit berangkat tadi, kini ia hanya bisa memesan ojek online. Sayangnya Alvian ada shift jam tiga dini hari tadi, sehingga mereka tidak bisa berangkat bersama. Joy sudah memesan ojol dan tinggal menunggunya.

**

[Jefri]

Gimana kabarnya pacarku di sana?

[Joy]

Baik kok, kalau kamu?

[Jefri]

Baik juga, lagi istirahat ya?

[Joy]

Iya, kerjaan kamu gimana? Kapan selesainya?

[Jefri]

Mungkin hari senin baru bisa balik. Kangen ya?

[Joy]

Kalau iya? Kamu mau pulang sekarang?

[Jefri]

Mau aku pulang sekarang? 

[Joy]

Nggak, bercanda doang. Kamu fokus dong kerjanya jangan gombal mulu

[Jefri]

Kan gombalin pacar sendiri

[Joy]

Udah dulu Jef, waktunya kerja lagi. Bye, jaga kesehatan ya.

[Jefri]

Kamu juga, tungguin aku pulang.

Sudah dua hari ia hanya bertukar pesan dengan Jefri. Iya, hanya bertukar pesan. Jefri juga tidak ada inisiatif untuk mengajaknya video call atau voice call. Kalau itu mau Jefri, ia hanya menuruti saja. Yang jelas lelaki itu memberi kabar pada Joy, sudah cukup.

Joy menghabiskan waktu istirahatnya di dalam ruang kerjanya. Ia tadi sempat membeli sandwich tuna di kantin kantornya pagi tadi. Waktu makan siang, baru ia habiskan sambil meminum teh hangat buatan office boy.

Efek tidak memiliki teman selain Bang Romeo membuat Joy tidak punya banyak teman selain lelaki itu. Ia sudah berusaha keras untuk membaur, namun sudah terlambat. Semua orang di divisinya seperti sudah membuat circle masing-masing.

Joy merapikan mejanya, membersihkan sampah sandwich yang berserakan. Tak lupa ia juga memasukkan beberapa barang pribadinya. Kini jam lima sore sudah tiba, tinggal menunggu Alvian menjemput.

Memang sayang sih kalau pulang ke rumah dahulu. Namun, nasib Risang bagaimana? Orang tua anak itu sudah memberikannya kewenangan untuk mengurus anak itu. Ia harus bertanggung jawab.

Alvian sudah memberinya pesan untuk turun ke pintu keluar. Joy melangkahkan kakinya ke lantai bawah, mencari keberadaan Alvian. Dan benar saja, lelaki itu sudah stand by di depan mobil pajero sportnya. Dengan hiasan kaca mata hitam di wajah tampan itu, membuat Alvian semakin banyak yang meyukai.

Bahkan ada beberapa karyawan di kantor ini, yang kebetulan bertemu tatap dengan Alvian. Dengan lirikan saja, sudah berhasil membuat para karyawati jatuh ke dalam pesona lelaki itu.

"Heh, jangan mejeng di sini deh. Bikin banyak kerumunan aja," protes Joy setelah dirinya berada di depan sahabatnya, Alvian.

"Kenapa sih? Gue gini biar lo kelihatan waktu nyari gue."

"Alasan, tuh lihat lo udah di kerumuni kayak gula dikerumuni semut.

"Ya maaf, dah ini kita ambil Risang kan?"

"Yap, bener."

"Ya udah sini naik. Cepet."

**

Bocah bayi dua tahun di gendongan Joy sejak tadi tak hentinya menangis. Awalnya bayi itu masih diam mertidur, namun saat mereka hampir sampai bocah itu menangis keras di dalam mobil. Joy benar-benar panik, karena ini pertama kalinya ia mengasuh anak orang.

Joy masih mencoba menenangkan anak bayi itu. Bahkan sampai langannya pegal sendiri. Kenapa Bang Rehan tidak memberikan petunjuk untuk menenangkan anaknya sih, batin Joy memperotes.

Kini Alvian yang sejak tadi fokus menyetir, sudah mengerem mobil sampai di parkiran

 Mall yang cukup ramai. "Gimana Joy? Belum mau diem Risang?"

"Belum nih, kenapa ya dia?"

"Paling kaget aja, sini gantian gue gendong," ujar Alvian yang membukakan pintu mobil untuk sahabatnya, Joy.

Secara ajaib, Risang mulai tenang. Astaga, kenapa tidak dari tadi saja Alvian yang gendong. Dasar anak itu pilih-pilih gendongan. Padahal kan ia sebagai tante sudah memberi bocah itu kenyamanan yang maksimal.

Akhirnya, Joy keluar dengan membawa tas bayi perlengkapan Risang. Sedangkan anak dari sepupunya itu sudah terlihat nyaman di pelukan Alvian. Bagitu nyaman hingga, mengerjap seperti mengantuk. Lucunya Risang, Joy jadi ingin punya anak selucu ini.

"Kita langsung ke butik aja. Makan malamnya habis belanja ya," instruksi Alvian. Mereka berjalan beriringan memasuki Mall, sudah mirip keluarga bahagia. Joy juga sadar, ia sepeti mama muda dengan suami dan anaknya. 

Sampai masuk mall, menaiki lift, dan eskalator mereka jadi pusat perhatian pengunjung lain. Bahkan Joy juga dengar bisik-bisik jika Alvian begitu tampan sebagai papa muda. Joy mau tertawa, namun ia tahan. Takutnya orang mengira jika dirinya gila.

"Selamat datang di butik Cascade," sambut seorang peramuniaga wanita begitu mereka berdua memasuki butik.

"Ada bisa saya bantu?" tanya pramuniaga itu.

"Kami mau beli baju ke pesta, yang sederhana dan bagus ya mbak," ujar Alvian.

"Baik pak, mari saya antarkan di mana tempatnya. Supaya Anda bisa memilih sendiri modelnya."

Kami mengikuti peramuniaga itu, sampailah ke lantai dua. Joy bisa melihat kalau di sana tempatnya baju couple untuk pasangan muda dan seorang anak. Astaga, apakah lagi-lagi orang salah duga dengan hubungannya dengan Alvian.

"Ini, keluaran terbaru kita. Desain dress yang sederhana pasti membuat mama muda seperti Anda tidak akan kesulitan saat membawa anak nanti," tawa peramuniaga itu sambil menunjukkan sebuah dress.

Cantik sih, namun kenapa harus couple.

Joy dan Alvian hanya bisa saling bertukar tatapan ngeri.

To Be Continue

Help! [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang